tag:blogger.com,1999:blog-34084914916513033172024-03-14T00:14:59.391+07:00BLOG BANG TAUFIKSerahkan sesuatu itu pada ahlinya. Seseorang yang hanya memendam keahliannya saja, adalah ahli kubur.Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.comBlogger381125tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-80261689892564179852023-04-13T09:52:00.002+07:002023-04-13T09:52:18.073+07:00Orang Ketiga Yang Dicintai<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sudah bukan zamannya berfikir yang pertama dan yang terakhir untuk mencintai atau dicintai. Begitu pula beranggapan untuk menempatkan diri menjadi yang pertama tapi diduakan atau sebaliknya menjadi nomor dua yang dinomor satukan. Ini urusan hati, kenapa tidak menempatkan diri menjadi orang ketiga yang dicintai?</span></p><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Hah, sarkas memang. Namun, kenyataannya memang demikian adanya. Tak perlu syarat dalam memilih hati yang ingin terlabuhkan. Terkadang, orang kesepian merasa ramai dalam sunyinya. Mulutnya diam namun pikirannya sangat berisik, bisa pula dalam hatinya berkecamuk. Tegasnya perang batin, mungkin?</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Pilihan menjadi orang ketiga yang dicintai adalah sebuah opsi yang relevan, tak harus selingkuh atau harus sembunyi-sembunyi dalam menunjukkan rasa. Biarkan waktu yang menjawab. Benar atau salah, elegan atau tidaknya semua akan terjawab pada masanya. Meski, penilaian sebagian manusia memandang miring akan hal itu. Manusiawi bukan?</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Ada yang beranggapan bahwa cinta sejati hanya datang sekali pada setiap individu yang telah mabuk dalam urusan-urusan hatinya. Selebihnya adalah hanyalah meneruskan kehidupan saja. Sejatinya setiap manusia adalah pejuang dan pencinta, yang mana keduanya saling keterkaitan satu sama lain. Jika ia berjuang tanpa rasa cinta, adalah sebuah kesia-siaan. Lalu jika ia memiliki cinta tanpa ada tekad untuk memperjuangkannya, cinta macam apa yang seperti itu? Sepertinya gelar pengecut sangat cocok.</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dalam berjuang tentang cinta ada berbagai macam cara, tetapi secara garis besar hanya dua macam. Pertama adalah cara patriotik dan anti patriotik. Cara patriotik berjuang atas nama cinta mengorbankan sesuatu hal yang paling berharga untuk meraih cinta yang ia tuju menjadi lebih baik. Sedangkan anti patriotik melakukan pembuktian cintanya dengan cara yang berbeda. Ia lebih menunjukkan sisi gelapnya secara pribadi, karena menurutnya sisi terang terlalu mudah untuk dicintai.<br /><br />Contoh kecil dalam mencintai dari sisi gelap adalah membakar seluruh dunia untuk orang yang terkasih. Hingga yang tersisa adalah ia dan orang yang terkasih. Terkesan menakutkan, namun itulah sisi gelap dalam mencintai. Mengerikan!</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Jika dalam sebuah kisah atau novel mungkin aku akan memilih sisi gelap, karena karakter tokoh dalam mencintai seseorang itu unik. Terlebih lagi, ada sebuah pertanyaan cinta itu perasaan atau bukti. Jawabku keduanya saling berkait, cinta takkan menjadi sebuah perasaan tanpa bukti yang nyata. Bukti cinta akan hilang esensinya jika tanpa ada persaan tulus dalam pembuktiannya.</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><b><i>The light easy to love, show me your darkness!</i></b></span></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-37684440819836303842022-04-19T10:09:00.001+07:002022-04-19T10:09:45.537+07:00Menjadi Pembelajar Lagi<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span> </span>Dalam hidup tak henti-hentinya untuk selalu belajar. Hal-hal baru atau pun lama sekalipun terkadang membuat segala sesuatu menjadi ketinggalan atau merubah sebuah peradaban. Tak selamanya abadi, seperti yang terjadi saat-saat ini. Solusi untuk menghadapi perubahan itu sendiri adalah dengan mempelajari yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Tegasnya, memandaikan diri dalam menghadapi perubahan.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span> Sesederhana itukah? Jawabannya, kompleks. Karena, banyak faktor-faktor pendukung yang membuat seseorang mau dan mampu untuk terus belajar. Selain pembiayaan tentunya. Jika menarik garis lurus dari hal apapun semua tergantung pada niatnya masing-masing. Sebab, sekali kita mempelajari sesuatu maka akan berkaitan dengan hal-hal lain. Contoh kecil adalah belajar menulis. Maka belajar menulis akan berkaitan dengan pembelajaran pembendaharaan kata, tata bahasa, cerita, syair dan puisi serta hal yang lainnya.</span><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span style="font-family: arial;"><span> Belajar memiliki padanan arti yang mendalam bagi seseorang yang gemar melakukannya. Sebab orang yang senang belajar biasa disebut pembelajar. Ia sangat senang dengan hal-hal baru dan sering menelaah hal-hal yang terkesan kuno atau tertinggal untuk dikaji ulang. Dengan tujuan menemukan hal baru kembali. Pembelajar turut menyumbangkan peradaban bagi dunia, karena dari merekalah hal-hal yang unik dan menggelitik sekaligus pendobrak perubahan ke arah yang lebih baik.</span><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span style="font-family: arial;"><span><span> Memang tak ada sesuatu yang abadi selain perubahan itu sendiri yang abadi. Orang yang mampu bertahan dalam perubahan adalah orang yang mau belajar dan membuka diri dalam menerima setiap hal dan memprosesnya kearah yang lebih baik. Terkesan filosofis, namun kenyataan hal itulah yang terjadi. Apapun hasilnya, semoga saja semua menjadi pribadi yang senang belajar. </span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span> </span><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-10808460650030685902022-01-13T13:43:00.001+07:002022-01-13T13:43:22.170+07:00Mata Mulai LelahTak ada satupun orang yang ingin memiliki kekurangan dalam dirinya. Termasuk memiliki mata minus yang sekarang aku rasakan. Jujur saja, mata minus 5 yang kini terasa sangat melelahkan dengan usia menginjak usia 40 tahun. Lebih mudah lelah, apalagi melihat layar monitor PC dan Hape. Semua pasti ada masanya.<div><br></div><div>Kalau merunut kejadian awal, cerita ini dimulai saat kecelakaan Motor. Kepalaku terbentur ke aspal tahun1997. Saat itu mulai Maghrib dan aku menjalankan motor beserta si Bangsat ini (Jujur aku malas menyebutnya). Hingga pada persimpangan antara makam di Sukabakti, aku menyaksikan bayangan hitam 2 seperti anak kecil dan menyusul ku dengan berlari. Sampai berpepetan dan mengalihkan perhatianku sepersekian detik. Hingga, menyebabkan motor yang ku gunakan oleng dan terjadilah benturan itu.</div><div><br></div><div>Agak horor memang, tapi itu sudah terjadi puluhan tahun lalu dan aku sudah berdamai dengan itu semua. Sekaligus hanya mengambil hikmah saja.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-24791814561497254242022-01-01T07:59:00.001+07:002022-01-01T07:59:00.541+07:00Kado akhir Tahun Untuk Keluarga<div><br></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiSFgsPXCe0bhzm6EiotSREFlYPAtwGGS5xHHLEpNqlFK27IDoYz7F-YF20gRzplDD_T1SMvLh2EKRUiLQFL_N3VXci8i6VWY9sHEgPsU0Moxw0JtQMkrVVcmkacT-1pXuBhERUj73cUE/s1600/1640998735777963-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiSFgsPXCe0bhzm6EiotSREFlYPAtwGGS5xHHLEpNqlFK27IDoYz7F-YF20gRzplDD_T1SMvLh2EKRUiLQFL_N3VXci8i6VWY9sHEgPsU0Moxw0JtQMkrVVcmkacT-1pXuBhERUj73cUE/s1600/1640998735777963-0.png" width="400">
</a>
</div>dMenjadi recap cover perusahan Investasi <a href="https://bibit.id/">Bibit.id</a> merupakan sebuah pengalaman yang tak terkirakan. Aku masih ingat saat Remaja dulu sering mengucapkan nada becanda kalau aku berprofesi sebagai "Cover Boy". Alhamdulillah, sekarang sudah terlaksana meski beberapa saat. Mendapatkan dana untuk rehab rumah ibu pun sudah dapat, perantara dari itu semua adalah Ibu pada awalnya.<div><br></div><div>Meski awalannya aku bingung hendak apa, namun Kak Widhi pelatih Kwarnas yang Profesi nya sebagai PNS (Penulis Naskah Skenario) pernah berujar untuk mendapatkan ide itu dengan cara seperti apa? adalah dengan melihat sesuatu yang sederhana dan terdekat dalam diri kita. </div><div><br></div><div>Kemudian dengan kemampuan menulis yang aku dapatkan dari pelatihan menulis dari kak Suyantno mantan Ka Pusdiklatnas Pramuka, serta penambahannya dari Pelatihan Gelang Ajar di Kwarda menambah perbendaharaan skill yang ku miliki.</div><div><br></div><div>Tak ada sesuatu yang baru dalam dunia ini, yang ada adalah kumpulan formula-formula lama yang terpadu padankan, sehingga memunculkan formula yang baru. Hingga akhirnya aku membuat sebuah karya yang bisa <a href="https://bibit.id/">Bibit.id</a> terima. Semua video yang kubuat menurut ku kelas ecek-ecek namun mewakili diriku. Meski tak seluruhnya, namun berkat karya video itu aku bisa rehab rumah ibu. Alhamdulillah.</div><div><br></div><div>Durasi video hanya satu menit saja, dengan unsur background musik lagi Ibu Bang Iwan Fals, makasih bang sudah menginspirasi. Semoga panjang umur. Mohon maaf tidak bayar royalti, lagi butuh banget.</div><div><br></div><div>Dalam rangking seluruh Indonesia aku peringkat ketiga. Tak apa, yang penting telah memberikan kado akhir tahun buat Keluarga ku sendiri. Semoga kalian senang, sekaligus mau menyadari hal-hal yang dulu pernah kita lewati adalah kekeliruan yang semata-mata karena faktor ketidakmampuan dan ketidaktahuan karena egoisme yang menutupi.</div><div><br></div><div><br></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-40760455657673646002021-12-27T19:00:00.001+07:002021-12-27T19:00:26.080+07:00Bersikap Biasa ajaCuplikan video wujudkan mimpi ku dengan <a href="https://bibit.id/">Bibit.id</a> telah tayang. Karena sebelumnya sekitar 10 menit saat tulisan ini dibuat, jam di hapeku 18.47 WIB. Lucu, karena ada saat dimana air mataku terlontar terupload. Tak apa, itu adalah jejak perjuangan ku mewujudkan impian untuk membangun rumah ibu.<div><br></div><div>Sempat bergejolak kembali emosi yang lalu, karena teringat kenangan-kenangan bagaimana pahitnya kehidupan yang telah terlewati. Namun, bukan uang yang membuat aku bahagia. Tapi, proses mewujudkan mimpi itu hingga terlaksana.</div><div><br></div><div>Meski aku tau, Dana yang cair ke rekening ku cukup besar. Namun membuat aku harus tetap bersikap seperti biasa.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-27773432179550051032021-12-25T20:28:00.001+07:002021-12-25T20:28:19.836+07:00Rehab Rumah IbuPergantian tahun 2021 ke 2022 tinggal menghitung dengan jari. Banyak hal dalam 1 tahun ini yang telah terlewati. Baik terkenang indah, pahit dengan getirnya atau hanya sepintas lalu yang beranjak seperti gelombang ombak lautan yang datang silih berganti. Indah terkenang setelah itu usang termakan jaman. Pahit teringat sampai mati tak terlupakan. Karena, semua ada masanya.<div><br></div><div>Di penghujung tahun ini harapan dan keinginan sudah terlaksana, bahkan melebihi dari yang terkirakan. Semua adalah hasil jerih payah yang terdukung oleh semesta bukan sekedar usaha pribadi. Ada kalanya, harus mengerti dan penuh pengertian kepada siapa saja yang berjasa pada keberhasilan diri.</div><div><br></div><div>Keberhasilan dalam meraih sebuah impian terlaksana pada satu titik tumpu permulaan yakni niat yang penuh keyakinan dan keteguhan pada proses dalam meraih hal apapun. Karena, tak tak ada satu kaum pun yang berubah nasibnya tanpa ia sendiri yang merubahnya.</div><div><br></div><div>Kilas balik pada tahun sebelumnya, tahun ini merupakan tahun yang patut disyukuri. karena, tahun ini rehab rumah ibu mulai terlaksana. Melalui syariat dengan mengikuti challenge wujudkan mimpi di <a href="https://bibit.id/">Bibit.id</a> aku mendapatkan peringkat ke-3 pada periode pekan ke-2. Voucher yang kudapatkan Alhamdulillah bisa menambah biaya rehab rumah ibu yang sempat tertunda karena covid dan hal lain yang tak bisa ku tuliskan di blog ini. Waktu nya hampir 2 tahun terlewati bahkan lebih.</div><div><br></div><div>Namun, hikmah kali ini yang ku rasakan dan ku ambil adalah manusia hanya berencana namun Alloh yang maha menentukan.</div><div><br></div><div>Nego dengan Kang Bangunan sudah ada kesepakatan, dan besok pagi hari Minggu tanggal 26 Desember 2021 dapur sudah siap di bongkar. Bismillah yakin sampe tuntas merehab rumah ibu.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-79308216544123208752021-10-12T20:25:00.001+07:002021-11-10T09:23:41.617+07:00Kematian Yang IndahHidup itu antara Kenyataan dengan duka. Hingga waktu yang terlewati akan ada tawa di penghujung nya. Ada keinginan yang belum tercapai namun hati tetap terbuai oleh mimpi-mimpi indah tanpa batas. Mungkin, itulah arti dari sebuah keinginan dengan nafsu? <div><br></div><div>Tak terpungkiri memang, setiap manusia membutuhkan hal-hal yang membuatnya nyaman. Namun apakah cukup hanya sampai pada titik itu? Tidaklah cukup. Manusia butuh sesuatu yang suatu saat hingga pada titik pencapaian itu, ia akan terbebas dari unsur materialnya.</div><div><br></div><div>Titik pencapaian akhir dari sebuah perjalanan manusia adalah kematian. Namun, selama menuju ke arah itu unsur non material ini bisa teraih? Jawabnya, bisa iya atau tidak. Non material yang harus manusia dapatkan pada penghujung akhir hidupnya, adalah kematian dengan membawa keimanan. Sungguh, sebuah akhir yang sangat indah. Namun, dalam prosesnya tidak mudah. Iya, sederhana namun tak mudah. </div><div><br></div><div>Semoga kematian yang indah bisa teraih dengan senyum yang mengembang penuh kebahagiaan. Karena itulah sebaik-baiknya dan seindah-indahnya kematian.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-42512113755553781142021-07-12T05:09:00.001+07:002021-07-12T05:09:11.856+07:00Without Eagle ScoutBulan Agustus sudah tinggal menghitung saja. Karena, di bulan tersebut banyak kegiatan yang akan dilaksanakan. Seperti, Hari jadi Pramuka, HUT RI dan segala macam kegiatan yang akan terjadi pada waktu tersebut.<div><br></div><div>Namun, ada satu yang mengganjal, yakni tahun ini aku tidak menghantarkan adik-adik peserta didik Pramuka yang ku bina tak menjadi Pramuka Penggalang Garuda. Sedih memang, namun apa yang harus dikata, ini adalah sebuah kegagalan. Sebuah hal ada hikmah dibalik itu semua.</div><div><br></div><div>Jujur, baru kali pertama dalam tahun ini tak menghantarkan adik-adik untuk pencapaian Pramuka Penggalang Garuda. Miris, tentu saja. Alasan yang mendasar adalah kurang maksimal dalam proses ke arah sana. Selain Pandemi buang melanda tentunya. Apalagi, pada saat menuliskan hal ini Covid-19 sudah mencapai Varian Delta yang notabene penularannya sangat cepat hanya dalam hitungan detik.</div><div><br></div><div>Gara-gara Pandemi ini semua lini terbawa ke arah Pembatasan kegiatan. Apalagi dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang pemerintah lakukan pada wilayah Jawa dan Bali. Sebagian atau sepenuhnya sama sekali kurang maksimal dalam melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan.</div><div><br></div><div>Jika aku mengambil langkah-langkah yang menurutku sudah sepatutnya dilaksanakan adalah dengan mengorbankan hal-hal yang menjadi skala prioritas. Karena, kegiatan ku selain membina adalah menjadi relawan PMI dalam penanganan Covid-19 meski pada dasarnya hal itu tak mampu mengatasi Pandemi Sampai tuntas. Buktinya, Pandemi ini sudah menjadikan wilayah Curug zona merah kembali.</div><div><br></div><div>Maafkan aku adik-adik tak mampu menghantarkan kalian ke jenjang prestasi Pramuka tertinggi.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-35671881066687343062021-07-06T17:47:00.001+07:002021-07-06T17:47:42.712+07:00Oxygen LangkaKian hari jumlah kematian karena Covid makin bertambah banyak saja, terutama di daerah Kecamatan Curug tempat aku terlahir. Meski kini aku menetap di daerah Panongan. Tak menutup mata tentunya. Bahkan ada tetangga ku satu RT/RW terpapar satu keluarga. Entah bagaimana kelanjutan ceritanya? Walaupun sempat komunikasi lewat WhatsApp, itupun karena iparnya adalah temanku sesama Purna Jamnas 1996, Rosnita.<div><br></div><div>Kematian adalah hak setiap makhluk yang bernyawa, begitu pula dengan hak-hak yang lain. Aku tak mau memperluas tulisan ini pada sesuatu yang aku sendiri tak bisa memahaminya. Jujur saja, kematian yang semakin banyak media gembar-gemborkan bisa saja semakin menambah jumlah kematian karena Covid itu sendiri. </div><div><br></div><div>Sempat aku menyaksikan sepanjang jalan menuju kantor tempat aku bekerja, banyak bendera kuning terpasang yang menandakan bahwa ada kematian dimana bendera kuning tersebut terpasang. Tak munafik, fikiranku tertuju pada almarhum atau almarhumah meninggalkan karena Covid, apalagi kalau ia dirawat sebelumnya.</div><div><br></div><div>Banyak pemberitaan pun mengabarkan kelangkaan Oxygen hingga masyarakat banyak mengantri, layaknya antrian beras dan minyak seperti tahun 1960an. Miris memang, Oxygen yang sediakalanya murah untuk digunakan, kini harganya melonjak. Bahkan, langka di pasaran. Memang mayoritas pembelinya adalah untuk masyarakat yang terpapar Covid.</div><div><br></div><div>Ironi, untuk mendapatkan nafas segar dari udara kini harus membayar mahal. Sebagai orang awam menilai dan bertanya apakah ini hal yang dibesar-besarkan? Entahlah, hanya waktu yang menjawab. Namun, fakta-fakta yang mendukung ke arah sana kian tegas. Ini hanya dugaan saja.</div><div><br></div><div><br></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-14424912757154173902021-07-04T13:42:00.001+07:002021-07-04T13:42:11.768+07:00Tahun 1999 lalu.Saat mengetik kata-kata yang terangkai dalam kalimat untuk menyiratkan sebuah pesan. Entah kenapa di Kabupaten Tangerang kini korban Covid-19 meningkat? Padahal, beberapa waktu lalu Presiden Jokowi menyampaikan dalam media lokal. Bahwa, daerah lain harus mencontoh Kabupaten Tangerang dalam menangani kasus pandemi ini. Ah..apa karena stok vaksin yang terbaru sudah datang? Aku tak tahu, meski ada asumsi ke arah sana. Hingga, kasus Covidnya dinaikkan? Jujur saja, bukan urusanku.<div><br></div><div>Paragraf awal barusan membuat aku gelisah, miris dan bisa pula sedih. Sebab, sebagai sukarelawan yang bergerak dalam penanganan Covid, khususnya di daerah Curug yang notabene sebagai kampung halamanku sendiri. Tentu saja membuat banyak pertanyaan dalam benakku. Akibatnya, banyak tempat usaha yang dibatasi jam operasionalnya. Bahkan beberapa waktu lalu di media online Taman Kota Curug pun tidak boleh untuk kegiatan warga sekitar, yang mana berimbas kepada pedagang burung.</div><div><br></div><div>Semua berakibat pada berbagai lini roda kehidupan warga. Satu sisi pencegahan Covid sangat penting, sisi lainnya kegiatan masyarakat dalam hal perekonomian harus terus berjalan.</div><div><br></div><div>Lebih miris lagi, ada di daerah Curug tepatnya seseorang yang terpapar oleh Covid meninggal dunia tak dimandikan dan disholatkan, entah kenapa padahal dari segi agama hal itu adalah sebuah kewajiban. Bersyukur relawan PMI bersedia untuk melakukan itu. Sehingga masalah dapat teratasi. Dalam hal ini aku lebih memilih tetap diam melihat, mendengar dan menilai bahwa sebegitu besar musibah global yang melanda dunia ini.</div><div><br></div><div>Media bahkan memberitakan bahwa Covid-19 kini mulai menyerang anak-anak dan tentunya dengan varian Delta yang terbaru dapat menjangkiti hanya dengan waktu 15 detik, luar biasa. Hal ini sebenarnya sudah diberitahukan oleh orang tua ku. Bahwa akan ada banyak yang meninggal seperti ayam terkena penyakit tetelo, dan itu pada tahun 1999 yang lalu.</div><div><br></div><div>Tidak ada yang serba kebetulan, semua sudah terencana. Namun, hal ini berdasarkan Hadits dan Ayat-ayatNya, sekaligus Ilham yang didapat.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-606990392885487642021-05-11T00:58:00.001+07:002021-05-11T00:58:12.603+07:00Menempelkan Sobekan kertas kecil mengatasi cegukan pada bayi, fakta atau mitos?Kejadian tadi pagi agak unik. Otakku antara percaya dan tidak, sebab itu terjadi sering dalam kehidupan. Yah, cegukan bayi. Kenapa ini membuatku penasaran? Karena metode yang dilakukan oleh mamahnya Almahdi metode yang irasional, tak sesuai aturan medis. Hanya sekedar kepercayaan dari para orang tua dahulu yang turun temurun. Yakni, menempelkan sesobek kertas kecil dan ditempelkan ke kening. <div><br></div><div>Sederhana, tapi kenapa bisa seketika langsung reda cegukannya? Masalahnya bukan hanya pada cara penempelannya. Tapi, bahan yang ditempelkan adalah ludah mamahnya. Sesederhana itu namun efektif. Apakah ini mitos atau fakta? Terserah kepada yang memiliki penilaian.</div><div><br></div><div>Padahal menurut medis, cegukan bayi terjadi karena <i><b>reflux asam lambung (gastroesophageal reflux)</b></i> atau naiknya asam lambung ke tenggorokan. Hingga menimbulkan cegukan. Penyebab dari itu semua adalah terlalu banyak atau terlalu cepat makan, sehingga mengakibatkan kontraksi diafragma dan penutupan pita suara bayi berlangsung cepat. Masya Alloh.</div><div><br></div><div>Solusi pertama yang aku dapatkan secara medis adalah menggosok punggung bayi secara perlahan-lahan dengan menggendong dan memposisikan bayi secara tegak. Alhamdulillah, dengan melihat kejadian yang dekat pada kehidupan sehari-hari ternyata memberikan manfaat untuk menemukan masalah atau bahan pengkajian yang berfaedah.</div><div><br></div><div><br></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-73753914576422374092021-05-11T00:36:00.001+07:002021-05-11T00:36:56.916+07:00Tak Ada Comedy RecehMati listrik sudah satu jam yang lalu. Tepat sekarang pukul 02.17 WIB ditemani dengan sebatang lilin yang tinggal menunggu waktu untuk padam. Selain itu pula, sisa baterai handphoneku tinggal 10% lagi untuk bertahan dan berpacu dengan waktu. Sesekali laju motor melalui jalan depan rumahku. Sayup-sayup orang mengaji terdengar melalui toa Masjid menjelang sahur. Menambah lengkap acaraku melek menjaga Almahdi Malyabari yang baru saja genap sebulan.<div><br></div><div>Neneknya yang berniat untuk menemani mamahnya pun sudah larut dalam dunia lain, mungkin saja sedang bermimpi. Ia benar-benar menemani sekaligus pindah tidur dari rumahnya ke rumah kami. Keras pula ia mendengkur. Terkadang, sesekali Almahdi terusik tidur oleh gema dengkuran neneknya. Sungguh, saat ini menjaga empat jiwa sekaligus. Cocok sudah melabeli diri jadi Satpam.</div><div><br></div><div>Syukur Alhamdulillah, sendiriku tak terlalu jenuh karena kopi pahit dan rokok cengkeh dari Kobong menemani sendiriku. Tak terasa hingga saat pada kalimat ini tertuang sudah 3 paragraf terangkai. Meski sesekali terhenti, kira-kira kalimat apa yang mewakili fikiran untuk dituliskan dini hari ini. Aku masih saja asyik dengan celoteh hati dalam tulisan. Meski terkadang Premise apa yang akan terbentuk, masih mengawang-awang.</div><div><br></div><div>Kata <b><i>"Premise"</i></b> yang kini akrab dalam hidupku setelah sekian lama bergabung dengan komunitas Standup Kabtang. Kata atau kalimat yang mewakili dari keseluruhan materi atau bit-bit Jokes yang para Comic buat. Semuanya mengacu pada hal tersebut. Hampir semua Premise yang Comic-comic buat adalah hal yang negatif. Jarang sekali menemukan Premise positif. Tegasnya kelucuan bisa terjadi karena ada fakta dan derita (<i>Truth and Pain)</i> sekaligus telah melalui waktu dan sang Comic berdamai dengannya<i>. </i>Hal itu berdasarkan referensi yang aku dapatkan.</div><div><br></div><div>Suka atau tidak sikap atau attitude pun turut andil dalam kelucuan tersebut. Terlebih tak kalah penting, delivery atau penyampaian pun menentukan pula. Sungguh aku mengakui, berkomedi itu tak mudah. Makanya aku terkadang kesal, ada orang yang melabeli komedi receh. Padahal untuk sebuah kelucuan memerlukan pemikiran dan proses yang tidak gampang. Bagi Comic, tidak ada comedi receh yang ada hanyalah lucu atau tidak lucu. Itu saja, cukup.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-47489177638284184772021-05-08T20:12:00.001+07:002021-05-08T20:12:37.801+07:00Memerintah sekaligus melarangAlhamdulillah, akhirnya anakku Almahdi Malyabari telah di rumah kami. Sebelumnya ada di rumah neneknya karena tradisi nyanda (Istirahat di pembaringan) mamahnya selama sebulan lebih, tepatnya 40 hari. Selain itu banyak pantangan yang tidak boleh dilakukan. Entahlah, aku tak tahu apa saja pantangan tersebut. Anehnya, istriku mau saja melakukannya.<div><br></div><div>Aku tak melarang tidak pula memerintahkan untuk melakukan atau tidak kepada mamahnya dalam masa nyanda. Karena alasanku, adalah dimana pun berada junjunglah hal-hal yang bersifat daerah masing-masing. Jelasnya, harus bijak dalam berfikir. Harus tegas dalam bertindak. Tentunya harus dengan ilmu yang bermanfaat untuk mengiringinya.</div><div><br></div><div>Almahdi genap sebulan kini usianya, beberapa saat sebelum mengetikkan hal ini aku dan mamahnya mengantarkan ke Bidan. Karena, kondisi badannya sedang kurang fit. Tepatnya, pilek. Hal ini karena Noval sepupunya berinteraksi sambil mencium di tambah ia sedang flu. Otomatis Bu Bidan menyarankan untuk minum obat. Sebagian Almahdi minum, sisanya mamahnya yang minum. </div><div><br></div><div>Ada kejadian menggelikan saat Almahdi berobat. Bu Bidan sempat syok karena berat badannya turun drastis. Tapi ternyata penyebabnya adalah posisi timbangan bayinya tidak sesuai karena miring. Ada-ada saja. Alhamdulillah, kini tinggal proses penyembuhan.</div><div><br></div><div>Jika saja kondisi Almahdi sehat, tentu saja Bu Bidan memberikan imunisasi. Namun, waktunya ia undur Minggu depan karena melihat kondisinya. Tak apa, yang penting kini semuanya sehat. Selain itu pula, kakaknya Rihaan aku terapi dengan metode Guasha atau biasa disebut kerokan. Bedanya, kerokan menggunakan koin. Sedangkan Guasha menggunakan tanduk kerbau.</div><div><br></div><div>Rihaan sakit karena terlalu banyak mengkonsumsi Mie Instan. Sudah beberapa hari ia konsumsi Mie Instan yang sebelumnya telah aku peringatkan untuk tidak terlalu sering memakannya. Namun, tetap saja membatu. Sesuai prediksi ku akhirnya ia sakit. Alhamdulillah, setelah terapi Guasha ia pulih. </div><div><br></div><div>Selanjutnya, aku melakukan trik psikologi yakni memerintah sekaligus melarang. Ujarku <b>"Besok makan mie instan lagi yang banyak, biar sakit yah!" </b>Semoga saja, ia paham maksud dari yang telah aku utarakan. Harapan aku tak muluk-muluk, semoga semua anggota keluarga ku sehat wal afiat, berkah selamat.</div><div><div><div><br></div><div><br></div></div></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-53657461510932673482021-05-02T16:39:00.001+07:002021-05-02T16:39:15.707+07:00Keuangan pribadiMempelajari cara mengatur keuangan pribadi dalam buku yang udah lama dibeli lumayan masuk ke fikiranku. Soalnya, anakku sudah dua orang dan tentunya dimasa mendatang akan sangat membutuhkan banyak sekali biaya. Mulai dari biaya sehari-hari, pendidikan, bahkan yang tak kalah penting adalah biaya tak terduga. Walaupun seperti itu adanya, tak bisa terpungkiri bahwa tanggung jawab penuh ada pada diriku. Selaku Ayah, suami dan yang mereka percaya.<div><br></div><div>Aku tau bahwa perencanaan keuangan pribadi dan untuk keluarga akan ada sedikit perbedaan dalam berbagai sisi. Namun, kekhawatiran itu perlahan-lahan tertepis oleh perasaan dan keyakinan bahwa setiap jiwa-jiwa telah ditentukan rejekinya oleh Alloh SWT. Aku hanya sebagai perantara saja, sebab rejeki mereka tak hanya melalui aku sebagai kepala rumah tangga tapi melalu perantara yang lain. Bukankah perihal rejeki, jodoh dan maut adalah perkara ghoib? Tak bisa direkayasa oleh siapapun, meski hal itu sudah ada ikhtiar.</div><div><br></div><div>Namun, mempelajari ilmu pengetahuan tentang keuangan pribadi atau keluarga sangatlah penting bagiku untuk saat ini. Karena, bisa memperkirakan kebutuhan dimasa depan. Yah, aku tahu. Bahwa, semua hanya ikhtiar dalam mencapai sebuah keinginan. Supaya tak menyalahi hukum aturan yang berlaku baik menurut agama, negara bahkan hukum adat sekalipun. Selebihnya, aku hanya bisa berdoa untuk keluarga ku, semoga kalian sehat selalu dan berkecukupan tak kurang suatu apapun. Aku mencintai kalian semua. I Love You.</div><div><br></div><div>Tinggal hitungan hari anakku Rihaan akan lulus SD dan melanjutkan ke Pondok Pesantren di daerah Balaraja. Yang sebenarnya, aku kurang setuju akan hal itu. Namun, karena hasil musyawarah dan keinginannya sendiri aku harus mengalah. Semoga rejekimu lancar Rihaan, anakku sayang. Begitu pula dengan Almahdi anakku yang kedua, pertumbuhan dirinya aku perhatikan sangatlah cepat. Belum genap sebulan, tubuhnya sudah bertambah bobotnya. Cepat besar Nak, kalahkan congkaknya dunia.</div><div><br></div><div>Dari hal ini aku mengambil hikmah bahwa perencanaan memang penting, namun yang tak kalah penting adalah tindakan untuk mencapainya. Harus memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor penentu serta hal-hal yang menghambatnya. Tegasnya, adalah manajemen. Manajemen yang kita olah sendiri bukan hal lain yang mengatur kita untuk masuk dalam sebuah manajemen. Perlu perenungan mendalam, pastinya.</div><div><br></div><div>Ada peluang untuk menginvestasikan dana yang aku miliki melalui Koperasi dan bahkan Trading yang kini sedang marak-maraknya. Sistem Koperasi telah ditawarkan oleh pihak kantor, sedangkan Trading oleh Suryadi yang menawarkan padaku. Semua ada nilai plusnya terhadap keuangan yang aku miliki. Sebaliknya, aku pun harus mempertimbangkan sisi negatifnya terhadap keuangan. Mana yang aku pilih? Aku masih belum menentukan, sebab aku masih memiliki hutang sekitar 11 Juta lebih.</div><div><br></div><div>Kembali ke pembahasan awal sebelumnya, keuangan yang aku miliki selebihnya berasal dari <i style="font-weight: bold;">yang tidak terduga, rejeki yang tidak disangka-sangka darimana datangnya. </i>Meskipun begitu, aku tetap bersyukur akan apa yang tergariskan dalam hidupku. Bukankah jikalau bersyukur akan selalu Alloh lipat gandakan, Pastinya. Sebaliknya, tak perlu aku bahas dan kutuliskan dalam hal ini jika tak banyak bersyukur. Karena, sudah pasti hukumnya adalah dosa.</div><div><br></div><div>Masalah kebutuhan, semua orang pasti memiliki persoalan yang sama. Hanya mungkin persepsinya yang membedakan dari itu semua. Seribu atau dua ribu tentu saja secara pribadi aku membutuhkan. Tepatnya, untuk jajan anak-anak. Namun, bukan perihal perut semata yang menggerakkan hal itu padaku. Tapi, faktor keyakinan yang aku miliki saat ini. Aku merasa berkecukupan.</div><div><br></div><div>Namun, aku akan mempelajari lebih lanjut perihal pengaturan keuangan pribadi dan keluarga. Mempertimbangkan untuk menginvestasikan dana di koperasi dan belajar dalam Trading. Semua ada aturan yang berlaku pada setiap sisi. Aku kini akan mempelajari hal itu. Seperti Sun Tzu utarakan, pahami aturan adalah langkah awal. Karena, sumberdaya yang ku miliki serba pas. </div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-14069558708014964822021-04-30T01:14:00.001+07:002021-04-30T01:14:44.867+07:00Sahur Bising Sehabis Subuh BerisikWaktu sudah menunjukkan pukul 00.28 saat menuliskan hal ini. Saat yang lain sudah pergi ke alam mimpi karena akan mempersiapkan diri untuk sahur nanti, aku malah asyik dengan mata yang masih melek. Tak apa, karena beberapa saat lagi aku akan tidur. Selain itu pula, sayang kalau apa yang ada dalam kepala tak tertuang dalam tulisan. Jadi, rasa kantuknya tertahan dulu.<div><br></div><div>Saat jam-jam sahur telingaku terganggu dengan bisingnya tetabuhan bocah-bocah tanggung, yang kalau membangunkan warga sambil berteriak-teriak seperti mengajak untuk tawuran. Sebab aku kalau sahur melewati jadwal jam imsak, yang penting sebelum fajar menyingsing. Tegasnya, antara sebelum dan setelah subuh. Ketika asyik dalam jeda sesudah sahur ke pagi hari, telingaku pun terganggu dengan suara-suara teriakan bocah-bocah tanggung lagi yang ingin naik odong-odong. Sungguh, kali ini aku harus berdamai dengan keadaan yang ingin sekali aku menghindarinya. </div><div><br></div><div>Solusi pertama adalah tak memperdulikan hal-hal tersebut. Jadi, santai saja tak terlalu memikirkannya. Namun, setelah aku mendapat kabar bahwa anak Pertamaku Rihaan kelelahan setelah naik odong-odong dan ia terpaksa berbuka, baru perasaan aku terusik karenanya. Memang, sudah hampir satu Minggu tetangga samping rumah mengadakan usaha odong-odong. Masalahnya bukan tentang usahanya, tapi berisiknya bocah-bocah yang mau menyewa odong-odong tersebut.</div><div><br></div><div>Terkadang dengan nada kesal mereka memaksa tetanggaku untuk segera mengemudikan odong-odongnya. Tentu saja, ia tak mau melayani sebab bisa ku pastikan ia masih mengantuk setelah sahur sebelumnya. Ini sebuah fenomena, banyak anak-anak dilingkungan tempatku tinggal kini terlalu lantang berucap pada yang lebih tua. Bahkan terkesan tidak sopan dan kurang ajar.</div><div><br></div><div>Bahasa dan tutur kata mereka cenderung mengarah kepada ketidaketisan, bagaimana seorang yang muda kepada yang lebih tua. Bahkan, sering sekali aku mendengar, celoteh-celoteh mereka dengan menyapa sesama teman dengan kata <i style="font-weight: bold;">"Anjing" </i>. Sungguh miris. Dahulu, mengucapkan kata itu hanya untuk orang yang membuat kita marah. Namun kini, sudah beralih ke sapaan akrab. Dasar Anjiiiingg! Ups...!</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-14535893401289033052021-04-28T22:06:00.001+07:002021-04-28T22:06:39.241+07:00Berbukalah dengan yang nikmat.Jikalau harus memilih, terhitung dari hari pertama puasa hingga saat ini, khususnya menu berbuka puasa. Maka aku memilih, <b>Nasi dengan Ikan asin, Sambal dan Lalap Jengkol</b>. Menu yang sederhana, namun nikmat terasa. Sungguh,di saat yang lain bingung dengan pilihan menu berbuka, aku memilih yang ternikmat dan sederhana.<div><br></div><div>Kenikmatan tak bisa disandingkan dengan hal apapun. Termasuk makanan yang masuk ke perutku. Dari sekian banyak menu yang tersuguh selama bulan Romadhon ini, semuanya lewat. Hanya dengan seporsi nasi, sambal dan lalap Jengkol. Bahkan, sudah dua hari aku menyantap menu tersebut. Hari kemarin dan hari ini. Mengapa hal demikian terjadi pada diriku? Sebabnya adalah terlalu banyak asin yang terasa dari makanan yang tersuguh. Selain itu pula, mertuaku yang mengolahnya.</div><div><br></div><div>Entah kenapa keluarga dari pihak istriku sangat menyukai menu dengan rasa asin yang kuat? Bukankah itu beresiko akan terjangkit darah tinggi? Tentu saja aku protes, karena tak cocok dengan lidahku. Selera makanku adalah menu makanan Sunda. Seperti pada umumnya, adanya lalapan.</div><div><br></div><div>Menyantap menu makanan yang tersaji dari pihak keluarga istriku mendapatkan sensasi seperti menyelam dalam air laut. Asin tentu saja, bahkan menurutku terlalu banyak. Aku tidak membenci rasa asin, namun jika berlebihan akan mengurangi yang lain. Meski aku bukan seorang chef yang handal, namun aku mampu menilai makanan yang nikmat untuk menyantapnya atau tidak. Bahkan orang lain yang awam selain diriku pun mampu melakukannya.</div><div><br></div><div>Hanya saja, tadi sempat masygul karena pelengkap sesudah makan bagi orang kebanyakan seperti diriku adalah ada enam macam. Empat sehat lima sempurna, keenamnya adalah rokok. Yah, sang penambah kepulan sudah habis. Istriku menyuguhkan rokok <i>Palem</i> dan aku tak menyambut dengan penolakan pasti. Minimal <i>Dji Sam Soe Magnum. </i>Tapi, yang kini aku hisap adalah <i>Djarum Super.</i> </div><div><br></div><div>Seperti semula aku nyatakan, kenikmatan tak bisa disandingkan dengan apapun. Karena nikmat itu tak terhitung, mulai pada saat bangun tidur hingga tidur kembali. Bahkan tidurpun termasuk nikmat. Syukur Alhamdulillah, aku masih menikmati banyak hal hingga saat ini, termasuk makanan untuk berbuka. Berbukalah dengan yang nikmat, karena ada rasa manis di dalamnya.</div><div><br></div><div>Jadi percuma kalau berbuka dengan yang manis jika ada diabetes dalam tubuh. Audzubillahi mindzalik. Hematku, berbukalah dengan yang nikmat, karena akan terasa manis dalam kenangan apalagi ditemani yang setia. Syukur Alhamdulillah.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-26957295321243725182021-04-26T00:36:00.001+07:002021-04-26T00:36:48.465+07:00Saatnya BangunSetelah beberapa kali melihat tayangan di YouTube untuk membuat sebuah buku dan merancang covernya, aku terfikir untuk membuat sebuah buku khusus untukku sendiri atau mungkin orang lain yang menyukainya. Karena, sebenarnya hal ini adalah hal yang ingin ku lakukan sedari dahulu. Sebuah karya berdasarkan kehidupanku. Khususnya secara pribadi. Yang mungkin suatu saat nanti akan bermanfaat bagi anak-anak aku.<div><br></div><div>Adanya teknologi memudahkan pekerjaan, hal itu ada benarnya. Karena, waktu yang akan membimbing aku kearah yang semestinya. Dengan Teknologi mempermudah sekaligus membuat malas seseorang. Aku termasuk pada posisi yang kedua. Teknologi membuat aku malas. Tepatnya malas melakukan gerakan fisik yang membuat aku berkeringat.</div><div><br></div><div>Sekarang dan pastiknya nanti, mau tidak mau aku atau siapapun harus berdamai dan menyesuaikan dengan teknologi. Namun, aku menulis bukan membahas teknologi sekarang. Aku hanya ingin menuangkan segala apa yang aku rasakan saat ini. Untuk membuat sebuah buku. Entah buku apapun itu.</div><div><br></div><div>Buku yang merupakan jendela dunia menurut ahli pembuat slogan. Buku yang merupakan gudang yang siap kapanpun ia ingin dibuka, meski hanya dalam diamnya. Jika, aku tengok sejarah Baden Powell (BP) dalam sebagian hidup yang ia jalani sudah banyak menuliskan buku yang menginspirasi semua orang dunia. Aku akan ikuti jejaknya dalam membuat buku. Kebetulan aku pun seorang anggota Pramuka.</div><div><br></div><div>Ini adalah hal yang sudah lama aku pendam, aku tahu bahwa hal ini tak mudah. Namun, mencoba adalah pengalaman. Sehingga pengalaman akan menjadikan sebuah pembelajaran. Menjadikan sebuah tulisan menyampaikan sebuah hal yang bersifat kognitif, afektif dan behavioral. Selain itu pula sebagai alat propaganda dalam memihak sebuah sudut pandang seseorang.</div><div><br></div><div>Selain itu penyampaian dalam sebuah buku harus mampu mengajak seseorang mengetahui sesuatu (kognitif). Yang tadinya tidak tahu menjadi mengetahui. Mampu mengajak seseorang untuk turut merasakan apa yang penulis alami (Afektif). Sekaligus Mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu (Behavioral).</div><div><br></div><div>Semoga terlaksana dengan lancar.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-67843193918051256452021-04-21T23:33:00.001+07:002021-04-21T23:33:13.822+07:00Akan selalu Ada BangsatAkan selalu ada bangsa(t) dalam setiap keadaan. Seperti yang terjadi padaku dan mungkin orang lain. Karena, orang-orang seperti ini yang sering memperkeruh suasana. Terkadang mengambil keuntungan dalam kesempatan yang sempit. Tak peduli dengan siapa ia menargetkan orang lain sebagai korban.<div><br></div><div>Hal ini penyebabnya terjadi karena memperbesar masalah yang kecil dan menganggap remeh masalah yang besar adanya. Bangsat ini, sering saja menambah beban serangan tak hanya fisik, tapi psikis pun ia lancarkan. Aku terkadang ingin sekali menghantamnya dengan sekali pukulan telak. Untuk melihat sejauh mana reaksi dia jika melakukan serangan, tak hanya kepada diriku atau orang lain tentunya. Sekaligus aku mengukur sejauh mana kemampuan untuk mengetahui kemampuan.</div><div><br></div><div>Jujur di sekitar aku pun banyak sekali yang bertingkah laku bangsat. Entah itu di Kantor, tongkrongan, komunitas atau bahkan di rumah sendiri. Bahkan di ranjang tidur pun ada bangsat. Bedanya, bangsat ini adalah <i>Tumbila </i>dalam Basa Sunda. Untunglah, pencegahan dari hal itu semua adalah dinding-dinding pertahanan kesabaran. Karena, bangsat yang sering kuhadapi menyerangnya adalah psikis, bukannya fisik.</div><div><br></div><div>Ku sebut saja ia <i style="font-weight: bold;">Mr.X </i> untuk menjaga kerahasian. Karena, tak mudah bagiku menuliskan nama aslinya di media ini. Apakah ini pencemaran nama baik? Apakah ini fitnah? Bisa jadi, jika ada yang tersinggung terhadap apa yang aku tuliskan.</div><div><br></div><div>Namun sesungguhnya, tulisan ini hanya sekedar untuk memperlancar gaya penulisan pribadiku sendiri. Serta mengutuk mereka yang telah membuat hidupku tidak nyaman. Intinya, menyinggung dengan elegan. Karena, sekarang zaman ribet dengan segala macam aturan. Tegasnya, UU ITE. </div><div><br></div><div>Aku jadi teringat buku caci maki yang aku beli beberapa waktu yang lalu. Bukunya unik, hanya sekedar untuk mengisi kekesalan hati yang menjadi sebuah karya. Sudut pandangku setelah menyelesaikan buku ini. Luar biasa memang. Dalam kekesalan menimbulkan karya dan menjual. Aku mengapresiasi hal tersebut.</div><div><br></div><div>Seringkali aku menyikapi dengan diam perilaku <i style="font-weight: bold;">Mr.X </i>yang terkadang sudah melewati batas kewajarannya. Jika boleh aku simpulkan, orang ini macam Sengkuni atau Dorna dalam kisah pewayangan. Hingga masanya tiba, kutukan atau rasa malu akan dia dapatkan. Apakah dia akan bertahan? lihat saja nanti!</div><div><br></div><div>Jika melihat kebiasaan ibu-ibu dahulu dalam membasmi <i>Tumbila,</i> biasanya mereka menjemur kasur kemudian memusnahkannya dengan menindas hingga mati. Apakah aku harus melakukan hal yang sama kepada <i>Mr.X</i> ini? Sepertinya seru?! Dasar bangsat!!</div><div><br></div><div>Ups... Sumpah serapah telah terjadi. Tak apa, yang penting hal yang ku tulis ini mewakili perasaan diriku atau mungkin yang singgah dalam blog ini. Semua butuh waktu untuk berdamai dalam keadaan sulit. Jelasnya, perang batin. Perang yang hanya diri sendiri sebagai armada pasukannya.</div><div><br></div><div>Merunut kebelakang, terkadang emosi sekali aku mengingat apa yang telah Mr.X lakukan kepada diriku dan orang-orang sekitar. Ia contoh orang yang cari muka. Sebab, menunjukkan eksistensi dirinya dengan mengkambing hitamkan orang lain terhadap masalah yang ia hadapi. Ia ingin menjadi yang terbaik namun menindas yang lain. Muka tembok, muka tebal, muka ular, atau entah apa julukan yang cocok untuknya? </div><div><br></div><div>Sudahlah aku akhiri tulisan ini.</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-24026770424927340222021-04-20T03:54:00.001+07:002021-04-20T03:54:48.170+07:00Salah sudah kaprah, benar tidak lumrah.Sambil menunggu berisiknya anak-anak kampung yang membangunkan warga sahur, untuk ke sekian kalinya mencoba membuat paragraf-paragraf yang berisi celotehan-celotehan hati. Karena, sering sekali di depan rumahku anak-anak kampung itu membunyikan tetabuhan yang sangat keras. Tak, peduli dengan perasaan kami atau tuan rumah yang lainnya. Mungkin karena sudah tradisi. Jadi, mereka dan warga menganggap itu sudah biasa. Bagiku sangat mengganggu, berisik sekali.<div><br></div><div>Padahal untuk apa, toa di masjid pun menyerukan para warga untuk bangun sahur. Sebuah budaya yang mubazir. Tegasnya,<b> </b><i style="font-weight: bold;"><b>salah sudah kaprah, benar tidak lumrah</b>. </i>Itulah yang terjadi di lingkungan tempatku kini tinggal, Desa Panongan. Mungkin, kalau aku menanyakan jawaban sudah bisa tertebak, dulu pun begitu.</div><div><br></div><div>Memang jamanku ada, namun hanya cukup menyuarakannya di toa Masjid, tak harus berkeliling ke rumah-rumah warga. Sungguh, makin ke sini budaya terbarukan makin menjadi-jadi. Namun, apa peduliku tentang itu semua, apakah ini urusanku? Tentunya, bukan. Jadi, aku tak terlalu peduli. Biarkan mereka bersenang-senang. Hingga waktunya tiba, semua akan berakhir.</div><div><br></div><div>Terlalu risih bagiku untuk mengurusi hal remeh-temeh seperti ini. Biarkan saja, itu yang saat ini terfikir. Lama kelamaan, tangan-tangan itu akan kelelahan dengan sendirinya saat memukul tetabuhan yang bising. Memang belumlah ada orang atau Anggota masyarakat yang mempermasalahkan hal ini. Jadi menurut aku, semua akan biasa saja pada akhirnya. Hanya satu bulan selama Romadhon. Ambil positifnya saja, ada yang meronda ke rumahku. Dan itu gratis.</div><div><br></div><div>Meski hanya sebulan dan gratis, serta berisik tak menyulut emosiku untuk menghentikan mereka. Tidak tahu nanti? Semoga saja tidak terlaksana, seperti otak psikopat yang ada dalam diriku. Saat ini. Karena, sepertinya aku senang membuat orang lain dalam kendaliku. Untunglah, ada rem yang selalu menghentikan hal itu. Nasehat guru dan orang tuaku. Terimakasih.</div><div><br></div><div>Eh, tapi kenapa? Saat aku mengetikkan perasaanku saat ini, anak-anak kampung itu tidak melewati jalan depan rumahku. Tetabuhan mereka terhenti di sebelah gang lain sebelum rumahku. Alhamdulillah, tidak terlalu berisik terdengar. Mungkinkah ada warga yang menegurnya? Semoga saja. Aku senang dan tak perlu repot-repot melakukan sesuatu seperti apa yang ada dalam fikiranku.</div><div><br></div><div>Terlalu lama berfikir penyebab lambat bertindak. Peluang yang ada akan hilang untuk meraihnya. Bertindak tanpa berfikir adalah kecerobohan. Bisa jadi kematian yang akan datang atau kesialan yang menimpa. Berfikir tanpa bertindak adalah lamunan. Memikirkan akibatnya sebelum bertindak adalah kebijaksanaan. Dalam hal ini aku hanya mengamati, apakah budaya tetabuhan akan terhenti meski masih situasi Romadhon?</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-66730404758051200422021-04-18T23:43:00.001+07:002021-04-18T23:43:28.569+07:00Buyut Kong Sairi dan Mak Jarian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK62L14eJ8-znEWhJtJrlSjATx8y_Z8MmQWUWhvaO1reBUraB-IzV3eCC9aL70vjN8c1gJ6Edz6sp6g3oIpqlONQ7v8xe6Ec0PiFfCUXlcLr9yq3DREGswHdlzhoMqVDcP-JrEU1WkZwA/s1600/1618764205478878-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK62L14eJ8-znEWhJtJrlSjATx8y_Z8MmQWUWhvaO1reBUraB-IzV3eCC9aL70vjN8c1gJ6Edz6sp6g3oIpqlONQ7v8xe6Ec0PiFfCUXlcLr9yq3DREGswHdlzhoMqVDcP-JrEU1WkZwA/s1600/1618764205478878-0.png" width="400">
</a>
</div>Jika kau bersyukur maka rejekimu akan bertambah. Itulah yang kini aku rasakan. Seperti saat tadi, saat aku memposting status WA tiba-tiba Endang Sepupuku menanyakan siapa photo yang aku posting. Tentunya aku jawab, anakku kang. Alhamdulillah, kebahagiaan aku bertambah. Karena anaknya Endang telah lahir, selisihnya sebulan sebelum anakku lahir. Alhamdulillah,Laki-laki. Bertambah lah buyut dari Kong Sairi dan Mak Jarian. Semoga, kuburan kalian dilapangkan dan diterangkan.<div><br></div><div>Dengan bertambahnya bayi laki-laki dari keluarga kami maka bertambah pula penerus bagi kami. Alhamdulillah, Nama Malyabari tersemat di kedua nama anakku. Seperti yang kupikirkan dahulu. Malyabari akan menjadi marga dari pihak keluarga. Tepatnya, keluarga pribadiku. Sekaligus ini adalah perintah guruku. Perintah yang harus terus dilaksanakan dan diteruskan kepada anak cucuku.</div><div><br></div><div>Malyabari adalah nama seorang tokoh dalam penyebaran agama di negeri<i> </i><b style="font-style: italic;"><i>Shin</i> </b>dan kini menjadi identitas keluargaku. Sekaligus yang berarti <i style="font-weight: bold;"><b>tempat yang baik</b>.</i> Terimakasih guruku atas semua yang antum berikan. Tak terbalaskan dengan hal apapun. Syukur Alhamdulillah puji dan syukur terucap.</div><div><br></div><div>Sesuai dengan amanat pula, jangan bangga dengan turunan. Karena, Alloh tidak menilai dari turunan mana kamu berasal. Tapi, Alloh akan menerima amalan jika dengan syarat iman dan ilmunya. Semoga keluarga kami mendapat kebarokahan dan keselamatan dunia dan akhirat. Aamiin.</div><div><br></div><div>Hingga tiba masanya, aku akan ceritakan hal ini pada kedua anakku. Rahasia yang perlahan-lahan kusampaikan pada Rihaan. Semoga, bisa menjadikan Taufik serta hidayah baginya. Aamiin</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-16437973361727081502021-04-18T17:12:00.001+07:002021-04-18T17:12:38.526+07:00Untuk AnakkuSepekan sudah menjalani ibadah puasa. Meski, aku memulainya pada hari Senin. Tak seperti pada umumnya orang-orang pada hari Selasa. Sebabnya, adalah sebuah keyakinan. Yah, keyakinan selama ini selalu aku ikuti. Melalui bimbingan, arahan, serta pembelajaran yang selalu terucap dan tersampaikan dari Guruku, orang tuaku tegasnya panutan kehidupanku. <div><br></div><div>Aku tak peduli meski berbeda dengan yang lain perihal peribadatan, diantaranya adalah puasa yang kujalani. Bukankah, perihal ibadah tak usah meributkannya. Jelasnya, harus ada toleransi yang jelas antar sesama umat beragama. Banyak tarekat dalam agama Islam, termasuk yang ku jalani adalah tarekat yang pastinya berbeda dengan tarekat pada umumnya. Seperti pepatah banyak jalan menuju Roma.</div><div><br></div><div>Pada saat ini, aku menyaksikan banyak sekali pergesekan antar sesama umat beragama. Termasuk dalam agama yang aku yakini. Namun, aku ingat bahwa jaman ini adalah zaman harus lebih banyak diam, untuk introspeksi diri. Tentunya.</div><div><br></div><div>Namun, jika tak kuingat petuah dari Guruku untuk diam berintrospeksi diri, tentu saja aku akan mengikuti jalan darah mudaku. Seperti dulu, begitu berapi-apinya dan pantang pulang sebelum padam. Mirip semboyan damkar, bukan? Namun, menginjak usia 40 tahun suasana emosi perlahan menunjukkan perubahan. Hal itu ditandai oleh kelahiran anak keduaku, Almahdi Malyabari.</div><div><br></div><div>Iya, sudah 40 tahun usiaku terbilang dalam hitungan hijriah tentunya. Usia ini adalah usia tua pada masa muda, usia muda pada masa tua.<i> Life begin from fourty age.</i> Istilah dari <i>western</i> sana. Usia ini bagiku adalah titik tolak untuk menentukan apa yang harus aku lakukan dalam sudut pandang intelektual, emosional, maupun spiritual. Tegasnya, kebijakan dan harus banyak pertimbangan dalam berbagai hal. Pendek kata, managemen diri.</div><div><br></div><div>Sejak aku kecil, sering mengalami perundungan dengan cap sebagai anak <b>"Tukang mancing"</b>. Yah, abahku mendapati gelar dari orang-orang sekitar dan itupun menempel padaku. Namun, aku membalikan keadaan dengan prestasi, menjadi juara kelas. Serta mendapatkan beasiswa dari hasil usahaku. Padahal jujur saja, aku jarang sekali belajar. Bisa jadi adalah doa orang tua dan keberkahan dari para leluhur. Aku haturkan terimakasih kepada mereka semua.</div><div><br></div><div>Saat remaja, aku sering mengalami <i>De Javu. </i>Mengalami mimpi jadi kenyataan. Bahkan hingga saat ini pun sangatlah sering mengalami. Sebuah hidayah, ujar guruku dengan singkat, pada waktu itu aku bertanya pada beliau. Namun, pada usia seperti ini lebih banyak diam, tanpa harus mengutarakan kepada yang lain.</div><div><br></div><div>Sebelum menikah, dengan darah muda yang bergejolak banyak peristiwa-peristiwa yang aku alami. Tak pelak, banyak suka duka yang tertuang di buku harian. Hingga, semua agak tersendat saat mulai menjajaki hidup dengan pernikahan. Bersama istriku Apriani.</div><div><br></div><div>Pernikahan kami sudah menginjak tahun ke-13. Tahun yang penuh dengan peristiwa yang mewarnai perjalanan hubungan ini. Terkadang penuh cinta, amarah, sedih dan bahkan campur tangan pihak lain pun ada. Terimakasih kepada istriku yang masih percaya bahwa suamimu ini masih ingin bersamamu.</div><div><br></div><div>Anakku Muhammad Rihaan Malyabari, sekarang kamu jadi kakak. Ayah berharap jadilah contoh untuk adikmu. Naikkan derajat orang tuamu dengan kesholehan, ataupun prestasi yang terbaik. Mohon, kurangi bermain gadget. Jagalah, mamahmu buat ia selalu tersenyum. Jaga adikmu, karena suatu saat ia pasti membutuhkan mu, Boy.</div><div><br></div><div>Anakku Almahdi Malyabari, meski saat ini ayah mengetikkan hal ini kamu masih bayi. Tapi ayah percaya, suatu saat kamu akan membaca ini nanti. Jadilah, seorang yang hebat dan berprestasi, anakku. Jagalah mamahmu, buat dia bahagia. Jagalah kakakmu, karena ia adalah saudaramu.</div><div><br></div><div>Kesalahan ayah jangan kau ikuti, ayah tak membuatkan Nisan untuk makam kakekmu dari pihak ayah. <b>Abah Memed, </b>nama lengkap beliau adalah Muhammad Marsum bin Sairi. Darah dan dagingnya mengalir ditubuh ayah dan kalian berdua. Namun, berkat dari kebarokahan dari ilmu Guru ayah, akhirnya melalui pesan tersirat Abah Memed selalu memantau dari alam barzah.</div><div><br></div><div>Begitu pula dengan leluhur ayah dan kalian berdua, tegasnya ayah berpesan jangan lupakan leluhur kalian. Tanpa mereka, kalian tak akan lahir ke dunia. Mereka ada dan kau pun ada. Meski kini sudah lain dunia. Anakku, doakan mereka sebatas kau mampu, sebatas kau kuat dan sebanyak kau melakukanya. Ingatlah, senjata umat mu'min itu adalah doa. Berimanlah dan taslimlah kepada Alloh dan Rosululloh serta Sahabatnya. Suatu saat ayah akan ceritakan.</div><div><br></div><div>Ayah mencintai kalian semua, I Love You All.❤️❤️❤️</div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-71701694496829353882021-04-17T00:31:00.001+07:002021-04-17T00:31:46.707+07:00Rencana Yang TertundaTepat sudah seminggu usia anakku Almahdi Malyabari yang kedua lahir. Seorang putra yang masih bayi jika siang senang tidur kulihat dan senang membangunkan mamahnya dan orang-orang yang ada di rumah, menurut keluarga mertuaku. Saat ini memang aku terpisah,aku di rumah sebelah timur dan anakku dan mamahnya di rumah mertua.Di sebelah Barat. Hal ini penyebabnya, karena istriku ingin sekali di rumah mertua dengan alasan yang bisa ku terima. Resikonya, aku tidur sendirian di rumah kami. Bahkan Rihaan anak pertama kami pun ikut mamahnya.<div><br></div><div>Tak mengapa, meski saat malam kesatu ada peristiwa yang di luar nalar terjadi, tak terlalu bermasalah. Sebab, aku yakin dan mengimani perihal keghoiban. Selanjutnya, aku sedikit bercerita kepada Rihaan dan mamahnya, sudah bisa ku tebak bagaimana roman muka mereka. Sudahlah, aku tak mau membahasnya disini. Yang penting, semua ambil hikmahnya.</div><div><br></div><div>Entah kenapa, aku ingin memulai kembali menuangkan isi dalam benak ini untuk menjadi sebuah untaian kalimat yang bisa saja singkat, bertele-tele atau mungkin saja membingungkan. Namun, biarlah hal itu mengalir. Karena, suatu saat akan menjadikan keutuhan pemikiran pribadi yang mungkin saja bermanfaat bagi yang lain. Bisa pula hanya sekedar sampah. Namun, ada benarnya pula ungkapan"<b>Setelah jadi sampah tak kau daur ulang?" </b>padahal yang sebenarnya adalah <i>"Habis manis sepah didaur ulang".🤣🤣🤣</i></div><div><i><br></i></div><div>Saat mengetik ini pun, secangkir teh hangat dan beberapa batang rokok menyan turut andil dalam penuangan fikiran yang kucoba jalin dalam blog yang baru kemarin malam aku posting lagi. Selama ini, aku mencari gaya penulisan yang cocok, hingga saat ini pun masih tetap saja mencari dengan gaya penuturan seperti apa. Intinya, <i>Long life learner atau belajar sepanjang hayat </i>sangat diperlukan dalam belajar. Hal apapun itu. Sangatlah penting.</div><div><br></div><div>Sudah empat hari aku mengikuti workshop Webinar <i>Ticker to Life </i>bersama <b>Asia Pasific Scout Region </b>dan Gerakan Pramuka. Dan Jumat sore tadi telah berakhir. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Memang, setelah aku tafakuri bahwa tidak ada yang baru, yang ada hanya kumpulan sebab akibat dari hal-hal yang pernah aku lakukan. Mungkin tepatnya, karma. Seperti sahabatku Suryadi ungkapkan.</div><div><br></div><div>Tugas berikutnya adalah membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL), Alhamdulillah sudah aku kirim via email ke pengurus Kwarnas. Hanya untuk ke Gudep, Kwaran dan Kwarcab yang belum, sebab masih banyak yang harus dipersiapkan. Selain itu aku tak ingin membahas pengalaman itu disini lebih dalam. Hanya sekedar untuk mengingat saja. Semua sudah aku posting di IG pribadi dengan tagline dari penyelenggara arahkan. </div><div><br></div><div>Hanya beberapa photo yang ku posting, sudahlah cukup. Karena, seperti Pepatah China <i style="font-weight: bold;">Satu gambar mewakili seribu bahasa. </i>Selain itu pula, Hapeku mulai bermasalah karena ruang penyimpanan perlahan-lahan mendekati penuh yang selanjutnya akan Hang. Belum terfikir untuk membeli yang baru. Alasannya klasik, dananya belum ada dan alokasinya bukan skala prioritas.</div><div><br></div><div>Untuk esok, setelah sahur dan menjelang matahari terbit aku berencana untuk hunting photo di pasar Panongan. Karena rencana tersebut hingga saat ini belum terlaksana. Bisa pula aku melakukan Photo makro dengan modal hape. Sudahlah, aku akhiri saja tulisan ini karena waktu menunjukan pkl.00.30 di hapeku.</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-30578179866212051012021-04-16T04:14:00.001+07:002021-04-16T04:14:20.738+07:00Melawak itu SulitTepat pukul 03.17 dini hari, aku mulai mengetikkan kata-kata melalui keyboard handphone, menuangkan semua yang ingin ku rangkai dalam kalimat yang mewakilkan perasaan. Entah apapun itu, yang penting tulis saja dulu. Perkara jelek atau tidak, tak peduli.<div><br></div><div>Dini hari ini, sambil menunggu hidangan sahur untuk puasa hari ke-5. Aku mencoba menghilangkan kejenuhan karena sudah beberapa hari, setidaknya hampir beberapa pekan tidak menulis <b>Premise, Observasi keseharian </b>dan modal untuk mendapatkan materi Stand Up Comedy. Mungkin karena kesibukan, atau mungkin sedang tak punya materi yang ingin di tulis. Penggantinya adalah nonton show acara <b>SUCI IX </b>Kompas TV.</div><div><br></div><div>Ada peluang sebenarnya, beberapa temanku di komunitas Standup Kabtang mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba, yang mana perusahaan alat berat <i style="font-weight: bold;"><b>FIRMAN Company</b> </i>sebagai penyelenggara. Dengan hadiah yang cukup lumayan tentunya. Entahlah, padahal ini adalah peluang yang baik. Namun, setelah aku berfikir beberapa kali, sampai saat ini pun belumlah mendapatkan materi yang solid. Setidaknya untuk 3-5 Menit.</div><div><br></div><div><i style="font-weight: bold;">Melawak itu sulit, </i>butuh kejelian dan pemikiran mendalam untuk menghasilkan sebuah Jokes atau lelucon meskipun itu hanya satu jenis. Tak ada lawakan/Jokes yang receh, semua butuh penggalian dan butuh proses panjang. Meski terkadang ada kesan bagi penikmat atau penonton, kok begitu saja bisa membuat tertawa. Padahal, para pelawak atau Comic sangatlah banyak meluangkan waktu dan tenaganya dalam berusaha membuat orang lain tertawa. Tegasnya, seperti Jerry Corley ungkapan, sebuah jokes yang cerdas adalah yang sederhana.</div><div><br></div><div>Tepat, saat ini terbersit bahwa Jokes yang telah aku buat beberapa waktu yang lalu belumlah bersifat pribadi atau sederhana dan belumlah relate atau cocok untuk bagi yang lain. Tidak bersifat umum, seperti semua orang pernah mengalaminya. Bisa pula, apa yang telah kulakukan adalah minimnya literatur dalam memperkaya selera atau ilmu pengetahuan ku tentang humor. Bisa jadi. Atau mungkin, rasa malas yang menghinggapi, sehingga ada hukum sebab akibat yang terjadi.</div><div><br></div><div>Bahan literasi terhadap humor yang bentuknya buku baru beberapa saja memang yang ku miliki, seperti Karya Greg Dean, Pandji Pragiwaksono, Ebook Jerry Corley, Ramon Papana yang banyak dikucilkan Comic-Comic muda, serta Judy Carter. Tak hanya itu, beberapa channel YouTube dari para Comica Indonesia jadi referensi ku dalam belajar. Tegasnya, tak mudah melawak untuk mendapatkan joke yang sederhana.</div><div><br></div><div>Ada banyak pola untuk mendapatkan joke yang sederhana dengan berdasarkan Setup dan Punchline tentunya. Hal ini berdasarkan dari literasi yang telah aku baca. Bahkan melalui pergaulan yang kudapatkan pemahaman sederhana yakni ada istilah <i>Dalang, Wakil Dalang,Pelawak. </i>Semua mendapatkan peran yang berbeda. Ada lagi istilah <i>Pengumuman, striker, talenan, alas dan</i> yang lainnya. </div><div><br></div><div>Ternyata seru, semakin aku belajar banyak yang aku belum tahu. Namun, ilmu Comedy yang aku miliki sudah sangat berguna dalam hal bergaul dengan relasi yang aku lakukan untuk mengakrabkan suasana. Meski sedikit. Tak ada yang tidak bermanfaat bagi orang-orang yang mau belajar serius. Akan indah pada waktunya, maaf aku mengutip ucapan penyair.</div><div><br></div><div>Ada beberapa file yang belum sempat aku pindahkan ke aplikasi <i>word processor</i>, karena alasan sepele. Yakni, belum sempat. Selain itu, rencana untuk membuat email khusus literasi humor belum membuatnya. Sifat manusiawi, malas. Padahal, hal ini penting bagiku untuk mendokumentasikan literatur Comedy yang aku punya dengan cara yang lebih aman. Sudahlah, aku merasa cukup saat ini.</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-11288387383919696282021-01-28T12:37:00.005+07:002021-04-18T16:25:07.172+07:00ASU BOTAK<span style="font-family: arial;"><span> </span>Menulis Judul di atas sebenarnya untuk mengingat saja. Intinya untuk mempermudah. Tulisan ini tidak untuk mengajarkan pembaca menjadi seorang penulis Comedy. Setidaknya ini untuk koleksi pribadi yang maksudnya untuk merangkum literasi comedy yang telah dibaca.</span><div><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div><span style="font-family: arial;"><span> </span>ASU BOTAK merupakan akronim (singkatan) dari Aneh, Sulit, Bodoh dan Takut. Empat kata ini merupakan modal dalam membuat premise dalam menulis comedy menurut Judy Carter (Aslinya sih, Weird, Hard, Stupid, Scare).</span><div><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div><span style="font-family: arial;"><span> Lalu bagaimana cara membuat premise berdasarkan empat kata tersebut dalam menulis comedy? Tentunya setiap orang berbeda cara dalam mempraktekkannya. Namun pastinya, semua sepakat bahwa dalam menulis premise Comedy mengawalinya dengan bertanya. Yakni,</span><br /></span></div><div><ol style="text-align: left;"><li><span style="font-family: arial;"><span>Apa yang aneh dalam topik yang akan dibahas?</span></span></li><li><span style="font-family: arial;"><span>Apa yang Sulit dalam topik yang akan dibahas?</span></span></li><li><span style="font-family: arial;"><span>Apa ada hal terbodoh yang dibahas dalam topik ini?</span></span></li><li><span style="font-family: arial;"><span>Apa ada yang menakutkan dalam topik yang dibahas?</span></span></li></ol><div><span style="font-family: arial;"><br /></span></div></div><div><span style="font-family: arial;"><span> Tentunya patokan dasarnya tetap Setup-Punchline. Seperti ungkapan senior, bermainlah dengan aturan lalu bermainlah dengan hati.</span><br /></span></div></div>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3408491491651303317.post-32795950150465056012021-01-08T17:18:00.000+07:002021-01-08T17:18:54.514+07:00JADI PENONTON<p style="text-align: justify;"> <span> </span>Kita mah nonton aja, tapi jadilah penonton yang cerdas. Jangan seperti penonton sepak bola, kebanyakan yang rese. Suka bikin ribut ! Begitulah kurang lebih, ujaran orang tua gue yang masih selalu terngiang dikuping. Apalagi kalau ngeliat keadaan lingkungan seperti yang sekarang apalagi dengan adanya pandemi Covid19 yang belum berakhir. Entah sampe kapan?</p><p style="text-align: justify;"><span> </span><span> Sekarang, lagi nungguin download film The Treachearous (Gansin) ceritanya seh tentang seorang raja lalim yang doyan cewek. Tapi gue gak mau bahas film. Cuman mau refresh otak aja dengan menulis apa yang sekarang ada dalam perasaan. Sebagai relawan yang turut berpartisipasi dalam mencegah Covid 19 yang bertugas nyemprot disinfektan di wilayah yang terkena dampak. Terutama di wilayah tempat gue bekerja udah gak terhitung berapa kali jumlahnya. Anehnya, semakin banyak penyemprotan makin banyak yang terpapar. Kabupaten Tangerang saat gue nulis ini menjadi zona Merah.</span><br></p><p style="text-align: justify;"><span><span> </span><span> Ada beberapa kolega yang terpapar dan meninggal, ada yang meninggal bukan karena terpapar tapi dikhianiati kolega banyak. Ada yang bukan karena kolega maupun covid juga banyak, karena takdir tentunya. </span><br></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span> <span> </span></span><br></span></p>Universitas Kehidupanhttp://www.blogger.com/profile/15413468886421738228noreply@blogger.com0