Banten propinsi yang terkenal dengan sebutan Daerah Jawara dan Santri. Tempat yang banyak terdapat pesantren. Dimana, pesantren mendidik para santri-santrinya untuk berakhlak mulia. Sekaligus, membentuk para jawara-jawara yang bermental baja. Jadi, jangan ngaku-ngaku santri kalau tidak bermental jawara. Jangan ngaku-ngaku jawara kalau tidak berakhlak santri.
Selain pendidikan ilmu agama di pesantren, para santri diajarkan juga olah kanuragan atau ilmu beladiri. Disinilah, awal muawal terbentuknya sebuah komunitas jawara. Jawara terdiri dari tiga suku kata Ja-wa-ra yang sebatas pemahaman saat hal ini ditulis memiliki arti Jago(Ahli), Wani(Pemberani), waRa(Rendah Hati) yang mana ciri sejati seorang yang ksatria.
Hingga saat ini artinya sudah mulai bergeser menjadi Jago, wani, rahul (tukang bohong). Istilah kekinian adalah MAFIA. Dimana Suka menunjukan kemampuannya secara berlebihan (pamer), lebih berani kalau dengan pendukungnya banyak (keroyokan), tidak bisa dipercaya/amanah (pengkhianat).
Jika ada yang seperti itu, ia bukanlah jawara apalagi santri. Tapi, Mafia yang berlindung dibalik pakaian santri, dengan berjalan congkak di muka dengan sombongnya. Apakah ia pantas disebut 'Alim 'Ulama? Tapi lebih pantas disebut ALIM (orang-orang jahat). Tepatnya, Laknatulloh! Anda tidak percaya ? Cobalah cari arti Alim (dengan huruf alif) dan cari arti 'Alim( dengan huruf 'ain) mereka memiliki arti yang berbeda.
Buktinya perhatikan saja, kemungkinan nanti pada bulan puasa akan ada yang merusak fasilitas umum, memporak-porandakan warung-warung dengan alasan "amar ma'ruf nahi munkar" padahal itu adalah perbuatan dholim. Menempatkan sesuatu hal yang bukan pada tempatnya.
Mereka berpakaian seperti santri, dengan berlaga seperti jawara. Padahal beraninya karena mereka bergerombol. Belum tentu, kalau satu lawan satu. Apakah mereka santri? Apakah mereka mereka jawara? Bukan!!
Seorang santri yang bermental jawara tidak akan seperti itu. Begitu pula sebaliknya, seorang jawara yang berakhlak santri akan banyak pertimbangan dalam melakukan sesuatu.Sehingga, hukum-hukum berjalan dengan Sunatullah dan Sunah RosulNya.
Semoga, Banten yang terkenal dengan julukannya itu, tidak ada aksi-aksi pengerusakkan warung-warung serta pengerusakkan yang merugikan yang lainnya, terutama pada bulan Romadhon.
Bagi yang dulu pernah melakukan pengerusakkan, hendaknya jangan melakukan kembali. Siapapun anda, bahwa melakukan pengerusakan itu tidak baik. Semua agama melarangnya.
Jika masih ada, meski berpatokan ayat suci. Ingatlah ayat-ayat Alquran berkaitan satu sama lainnya.Jangan bergesekan apalagi bertabrakan. Harus didukung oleh Hadist-hadist Rosululloh, Ijma serta Qiyas para 'Alim 'Ulama.
Saat menulis rangkaian kalimat ini, tidak ada maksud untuk menggurui, mengajari ataupun menasehati. Karena tidak pantas disebut sebagai Guru, pengajar ataupun penasehat. Tidak bisa menghakimi atau menghukumi.
Benar menurut sendiri belum tentu bagi orang lain. Garis tengah supaya tidak ada gesekan adalah akhlak yang dicontohkan Rosulullah. Serta indikator dari hal itu adalah keilmuannya. Bukankah derajat orang berilmu berbeda dengan yang tidak berilmu?
Seorang jawara adalah yang memiliki keahlian menyampaikan risalah-risalah kenabian, Ayat-ayat Alloh, ahli berpolitik yang beradab bukan yang biadab. Berani menegakkan hukum yang tegas, keras, memaksa tapi bijaksana dalam penerapannya. Serta selalu rendah hati tanpa ada rasa sombong.
Apakah tokoh-tokoh yang ada di wilayah kita seperti itu? Atau bahkan tokoh-tokoh negara sekalipun?. Semoga saja ada! Yah meski ada selentingan, Politikus yang jahat itu selalu memperkaya dirinya sendiri dan suka korupsi. Kalau politikus yang baik, belum ketahuan saja belangnya. :D
1 comment:
tulisan blog nya sangat bagus dan bermanfaat
Post a Comment