Sudahlah! Tak perlu merisaukan hal yang tak berguna. Banyak orang-orang yang berteriak atas nama kebenaran padahal mereka sendiri yang menodai kebenaran itu sendiri. Semua penyebabnya adalah karena mereka serakah dan kikir. Sebab, kedua sifat inilah yang menjadikan hati nurani tak mampu menerima sesuatu yang benar.
Tak dapat kita pungkiri, kemunafikan sudah membudaya dan menjadikannya sebuah identitas pribadi. Kesalahan terbalut sesuatu seakan benar tetap saja hal itu salah. Begitu pula, kebenaran yang penyampaiannya salah, tetap saja salah. Karena, membuktikan bahwa ketidakmampuan dalam menempatkan sesuatu hal yang bukan pada tempatnya.
Meski ada ungkapan, hidup adalah mimpi bagi mereka yang bijaksana. Permainan bagi mereka yang bodoh, serta senda gurau bagi yang kaya, sekaligus musibah bagi yang miskin. Tetap saja, manusia memiliki ego yang alamiah untuk mempertahankannya. Lalu, apa sejatinya diri ini?
Nafsulah yang menguasai akal dan fikiran orang-orang pada masa ini. Merasa benar, padahal perihal keilmuannya, mereka masih meragukan. Lalu, ada yang merasa memiliki serentetan gelar yang bermacam-macam malah jadi pintar kesasar alias keblinger.
Banyak yang mengaku paling berhak dalam hal sesuatu. Tanpa ada fakta dan data yang akurat untuk mendukung anggapannya, hingga akhirnya sombong yang tersirat. Begitu pula orang yang tahu bahwa itu adalah data dan fakta yang jelas masih berkilah dengan mengucapkan "sedang dikaji".
Pastinya, satu jawaban yang bisa menyelesaikan itu semua adalah kuasaNya yang terpatri pada hambaNya yang sholeh. Karena, hamba yang mampu mengenal dirinya sendiri yang pastu mampu mengenalNya.
No comments:
Post a Comment