Semakin banyak yang merasa benar, padahal mereka sendiri yang salah. Sayangnya, kenapa banyak yang mengikuti? Untunglah, tidak ada manfaatnya untukku. Kalau melihat, terlalu banyak keberpihakan media dalam menyoroti sebuah permasalahan yang mencuat ke ranah publik. Memperkeruh saja, bukannya meluruskan malah menambah permasalahan yang terkadang semakin tak jelas hendak kemana penyelesaiannya.
Sebagai warga biasa, jika melihat pemimpin seperti yang tergambar di media. Kemungkinan, tidak jauh pengikutnya berperilaku yang sama. Siapapun itu. Sebenarnya, Ini Indonesia Bung! Tapi, itulah politik. Langkahnya tak terduga, seperti kuda dalam permainan catur mundur satu langkah maju dua langkah, atau mungkin sebaliknya. Seninya adalah membelokkan asumsi atau anggapan. Kemungkinan yang pasti pada posisi siapapun akan mengenal seseorang, adalah dari apa yang dikenal, karena sang pelaku atau lingkungan yang memposisikan seperti itu.
Miris memang, kini Indonesia seperti tergambar dalam lirik lagu nasional:
kulihat ibu pertiwi
sedang bersusah hati
air matamu berlinang
mas intanmu terkenang
sedang bersusah hati
air matamu berlinang
mas intanmu terkenang
hutan gunung sawah lautan
simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
merintih dan berdoa
Semoga negara kembali tenang, tak gaduh karena sebuah perbedaan. Hingga syair berikutnya bisa ternyanyikan:
kulihat ibu pertiwi
kami datang berbakti
lihatlah putra-putrimu
menggembirakan ibu
simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
merintih dan berdoa
Semoga negara kembali tenang, tak gaduh karena sebuah perbedaan. Hingga syair berikutnya bisa ternyanyikan:
kulihat ibu pertiwi
kami datang berbakti
lihatlah putra-putrimu
menggembirakan ibu
ibu kami tetap cinta
putramu yang setia
menjaga harta pusaka
untuk nusa dan bangsa
putramu yang setia
menjaga harta pusaka
untuk nusa dan bangsa
No comments:
Post a Comment