Lima Tempat Yang Ingin Aku Kunjungi #Challenge5_Menuliis
Setiap Orang memiliki keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat yang menjadi impiannya. Dengan berbagai motif seperti Keyakinan, Keilmuan, kesenangan atau mungkin sekedar melepas lelah. Dalam hal ini tempat-tempat yang menjadi tujuan utama adalah tempat yang mampu memberikan kesan kenangan yang indah bagi pelakunya. Untuk mengunjungi sebuah tempat yang menjadi impian, tentunya harus cukup modal atau Dana agar hal tersebut tercapai sesuai dengan keinginan. Apakah dengan cara menabung atau apapun bentuknya Dana tersebut terkumpul sekaligus dapat memberikan ruang untuk mendanai hal-hal lainnya.
Dalam challenge menulis kali ini aku harus rangkum Lima tempat yang selalu ingin aku kunjungi. Terlepas dari sebuah keyakinan, keilmuan, kesenangan atau mungkin sekedar melepas lelah sekalipun. Karena, tempat-tempat yang selalu ingin aku kunjungi adalah tempat yang notabene jaraknya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Adapun tempat yang selalu yang ingin aku kunjungi adalah sebagai berikut:
- Mekkah dan Masjidil Aqsho
- Pesantren tempat aku belajar
- Museum
- Perpustakaan Dan Toko Buku
- Gunung dan Pantai
Mungkin tempat-tempat itu yang selalu membuat aku tenang, selalu memberikan energi-energi positif dalam benak dan pikiran-pikiranku. Sesederhana itu Dan tak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Tegasnya, kenyamanan tak perlu penjelasan berkelanjutan.
Mekkah Dan Masjidil Aqsho
Semua Muslim di seluruh dunia mengetahui Dan memimpikan bisa ke tempat ini. Dengan segala hal yang menyangkut untuk sebuah keyakinan mapun sebuah hal yang tak mungkin untuk aku ceritakan.
Kedua tempat ini merupakan tempat bersejarah bagi tiga agama yakni Islam, Kristen dan Yahudi. Tempat yang penuh dengan kisah-kisah perjuangan. Mulai dari zamannya para Nabi Dan Rasul-rasul, zaman para alim ulama, sekaligus tempat yang menceritakan sebuah kisah kepahlawanan yakni Sholahuddin Al Ayyubi serta kisah-kisah kepahlawan yang lainnya.
Terlepas dari hal itu, Mekkah dan Masjidil Aqsho tempat impian bagi kaum Muslim, termasuk aku. Hanya Kali ini, uang Dan keamanan yang belum menjamin untuk melakukan perjalanan. Perjalanan menuju kota suci merupakan sebuah petualangan yang membutuhkan banyak pemahaman dan pengalaman. Selain Dana tentunya. Bukankah, ibadah tanpa ilmu adalah sebuah kemubaziran?
Pesantren Tempat Aku Belajar
Entah sudah ke berapa Kali sering sekali aku menuliskan tempat aku menemukan jatidiri. Yah, tempat yang jauh sekaligus dekat. Mengapa demikian? Jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan hidayah sebaliknya tempat yang sangat dekat bagi orang-orang yang mendapatkan hidayat.
Hal-hal yang berkaitan dengan tempat ini begitu banyak yang terkenang, namun ada beberapa yang tak bisa aku tuliskan karena ini adalah sebuah Alaskan pribadi yang Tak mau aku ceritakan kepada orang lain. Selain, orang tuaku tentunya. Pengalaman yang unik, adalah saat juniorku Rizal yang memiliki terawangan mencoba melacak keberadaanku dengan ilmunya. Sering ia melakukan, hingga mengucapkan kata "gelap" jika berapa di tempatku belajar.
Museum.
Tempat memberikan perasaan seakan-akan melakukan perjalanan jiwa menuju ke masa lalu Dan perjalanan ke masa depan. Museum Seni memberikan sebuah pemahaman bahwa tak ada peraturan ketat dalam berkesenian, hanya indah Dan tidak indah, estetika atau tidak. Museum Seni memberikan hal-hal kenikmatan tersendiri bagiku dalm menikmati sebuah karya. Begitupula museum sejarah memberikan ruang dalam pikiran untuk mempelajarinya.
Pada museum sejarah mendapatkan pelajaran bahwa adanya kita adalah adanya para pendahulu yang lahir sebelum kita. Dalam sejarah ada pelajaran antara intrik serta politik, sekaligus strategi-strateginya yang dilakukan. Sejarah adalah cerminan untuk diri sendiri. Ada ungkapan, sejarah akan terulang Dua kali dengan akibat yang sama diwaktu yang berbeda dengan orang-orang berbeda. Namun, jika ingin merubah sejarah ada ungkapan "Untuk merubah sebuah generasi pangkaslah satu generasi diatasnya".
Pada museum Iptek, memberikan cara berfikir analitis sekaligus praktis untuk mendapatkan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah terkait dengan kehidupan kita. Mulai dari cara-cara yang sederhana sehingga yang komplek. Semuanya membutuhkan langkah-langkah taktis Dan praktis. Tegasnya, berpikir komputasional mungkin itu lebih cocok untuk diambil kesimpulan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di museum Iptek.
Perpustakaan Dan Toko Buku
Tempat yang tenang sekaligus memberikan wawasan secara teoritis. Mana lagi kalau bukan Perpustakaan Dan toko buku. Tempat ini yang membuatku untuk selalu kangen Kembali. Sebab disana banyak sekali ilmu pengetahuan yang tersedia dalam kesunyian. secara kasat mata tentunya. Teori-teori yang tertulis berdasarkan pengalaman-pengalaman dari ahlinya yang diabadikan dalam jalinan kata-kata yang mewujudkan kalimat penjelasan. Intinya, semua pengetahuan ada diperpustakaan Dan di toko buku.
Perpustakaan merupakan sarana hiburan bagiku, tempatku untuk terhibur dalam kesunyian, Dan tentu saja gratis untuk meminjam bukunya. Hanya bayar menjadi anggota. Kemudian, toko buku tempat tersedianya pengetahuan dengan berbayar.
Gunung dan Pantai
Jangan menanyakan yang tidak harus dijawab perihal gunung Dan pantai padaku! Kedua tempat ini memberikan kesan mendalam padaku, Entah itu gunung atau pantai. Pada pantai atau laut, mengajarkanku untuk tetap mengejar sesuatu yang ingin teraih. Sepertiga ombaknya tak pernah putus asa untuk menggapai pantai. Namun, ia pun memberikan gambaran pula atas regenerasi pada setiap umat. Bahwa ombak yang didepan akan disusul oleh ombak yang ada dibelakang. Begitulah perputaran masa Dan generasi.
Pada gunung aku belajar untuk menyimpan kemisteriusan pada diri sendiri. Belajar tentang sebuah keagungan dalam sepi, belajar memberikan manfaat pada kesunyian dibalik riuhnya umat manusia yang tak mengerti atau memahami apa arti sejati dirinya. Pada gunung pun aku mempelajari bahwa dalam diam ia suatu saat akan meledak jika tiba masanya.
Begitulah aku mempelajari Dan mendapatkan kesimpulan, bahwa Dua perpustakaan manusia adalah dirinya dan alam semesta.
Komentar