Rabu, 26 September 2007

Hari kedua di Universitas kehidupanku

Seperti biasanya aku selalu berdua bersama Paman Pintarku. Kali ini percakapan kami tidak seperti biasanya. Sebab,kami sedang membicarakan CINTA. Ya, cinta yang kami bicarakan. Tak kurang, tak lebih. TApi, boleh dibilang percakapan kami membuatku bertambah pertanyaan demi pertanyaan.

"Minum dulu, Fik!" Paman menyuguhkan segelas kopi hangat yang harum tercium
"Makasih, Paman" tukasku singkat

Sejenak tak ada percakapan antara kami berdua...

"Paman aku ingin bertanya, boleh?"
"Oh, silahkan saja bukankah kepalamu sekarang banyak pertamnyaan yang membludak?"
Paman pintar menyandarkan badannya ke tembok ruang tengah.
"Paman pernah jatuh cinta?" aku mencoba menatap matanya yang tajam.
"Hmmmm.....pertanyaanmu terlalu pribadi. TApi, aku akan coba menjawabnya semampuku"
"Begini Paman, sebenarnya banyak sekali orang mengartikan Cinta. TApi, sampai saat ini pun aku tak mengerti satupun dari yang mereka jelaskan" Aku mulai semangat mendapatkan peluang untuk bertanya.
"....." paman diam sambil tangan bergerak mendekatkan tangannya kegelas yang berisi kopi hangat. Kemudian ia meminumnya.
"Aaaaaaaah.....Nikmat sekali kopi ini" Paman bergumam singkat
"Fik, Cinta itu terbagi empat tahap menurutku dan menurut pengalamanku"
"Oh Iya...!" aku sedikit terhenyak
"Betul"
"Lalu..?" aku mulai menanyakan hal itu dan mencoba menyimak setiap kata-katanya. Karena aku khawatir jika ada satupun yang terlewatkan dari apa yang dia ucapkan.
"Fik, Cinta yang pertama itu berawal dari Mata, Kedua dari akal kamu, ketiga dari hati kamu dan keempat dari Iman kamu. Yah...,boleh dibilang agamamu yang keempat itu"
"Waaah, aku makin tak mengeti paman" Aku menggaruk kepala tapi tak gatal.
"Maksudku, cinta yang berawal dari mata itu adalah berdasarkan rupa semata. Tanpa, melihat sisi yang lain. Intinya hanya berdasarkan nafsu belaka"
"Aku tak mengerti paman?"
"FIk, cinta yang hanya melalui mata itu, hanya menilai kecantikan saja. tidak melihat dari sisi manapun"
"OH begitu. Lalu yahng kedua paman?" aku meminum kopi lagi sebelum mendengar uraiannya yang kedua.
"Cinta yang berdasarkan Akal itu akan mengatakan sesuatu yang lain lagi dari yang pertama. Intinya Cinta yang berdasarkan Akal, maka kita akan mengatakan ia atau pasangan kita itu pintar. Dari sini cinta tidak melihat rupa saja. melainkan mulai melihat dari apa yang di fikirkan dan itulah maksudku"
"...." aku mencoba mencerna apa yang diucapkan paman pintar
"Cinta yang berdasarkan hati itu adalah berdasarkan apa yang telah ia perbuat. intinya dalam mencintai ia atau pasangan kita hanya melihat dari akhlak pasangan kita dalam keseharian"
"Lalu cinta yang berdasarkan iman itu seperti apa paman?" aku menyandarkan punggungku ketembok.
"Cinta yang berdasarkan iman itu memiliki segalanya. Ia cantik, pintar dan baik. Sekaligus itu adalah anugerah yang harus kita jaga"

Mataku memandang keluar dari ruang tengah, dimana kami berdua berbicara. Aku mulai menyimpulkan. Cinta yang berdasarkan nafsu maka ia cantik, Cinta yang berdasarkan akal maka ia pintar, cinta yang berdasarkan hati maka ia bertingkah laku baik dan cinta berdasarkan iman, maka ia memiliki segalanya.

Semoga aku mencadapatkan cinta yang keempat yang memiliki segalanya. Aamiin

Tidak ada komentar: