Friday, April 16, 2021

Melawak itu Sulit

Tepat pukul 03.17 dini hari, aku mulai mengetikkan kata-kata melalui keyboard handphone, menuangkan semua yang ingin ku rangkai dalam kalimat yang mewakilkan perasaan. Entah apapun itu, yang penting tulis saja dulu. Perkara jelek atau tidak, tak peduli.

Dini hari ini, sambil menunggu hidangan sahur untuk puasa hari ke-5. Aku mencoba menghilangkan kejenuhan karena sudah beberapa hari, setidaknya hampir beberapa pekan tidak menulis Premise, Observasi keseharian dan modal untuk mendapatkan materi Stand Up Comedy. Mungkin karena kesibukan, atau mungkin sedang tak punya materi yang ingin di tulis. Penggantinya adalah nonton show acara SUCI IX Kompas TV.

Ada peluang sebenarnya, beberapa temanku di komunitas Standup Kabtang mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba, yang mana perusahaan alat berat FIRMAN Company  sebagai penyelenggara. Dengan hadiah yang cukup lumayan tentunya. Entahlah, padahal ini adalah peluang yang baik. Namun, setelah aku berfikir beberapa kali, sampai saat ini pun belumlah mendapatkan materi yang solid. Setidaknya untuk 3-5 Menit.

Melawak itu sulit, butuh kejelian dan pemikiran mendalam untuk menghasilkan sebuah Jokes atau lelucon meskipun itu hanya satu jenis. Tak ada lawakan/Jokes yang receh, semua butuh penggalian dan butuh proses panjang. Meski terkadang ada kesan bagi penikmat atau penonton, kok begitu saja bisa membuat tertawa. Padahal, para pelawak atau Comic sangatlah banyak meluangkan waktu dan tenaganya dalam berusaha membuat orang lain tertawa. Tegasnya, seperti Jerry Corley ungkapan, sebuah jokes yang cerdas adalah yang sederhana.

Tepat, saat ini terbersit bahwa Jokes yang telah aku buat beberapa waktu yang lalu belumlah bersifat pribadi atau sederhana dan belumlah relate atau cocok untuk bagi yang lain. Tidak bersifat umum, seperti semua orang pernah mengalaminya. Bisa pula, apa yang telah kulakukan adalah minimnya literatur dalam memperkaya selera atau ilmu pengetahuan ku tentang humor. Bisa jadi. Atau mungkin, rasa malas yang menghinggapi, sehingga ada hukum sebab akibat yang terjadi.

Bahan literasi terhadap humor yang bentuknya buku baru beberapa saja memang yang ku miliki, seperti Karya Greg Dean, Pandji Pragiwaksono, Ebook Jerry Corley, Ramon Papana yang banyak dikucilkan Comic-Comic muda, serta Judy Carter. Tak hanya itu, beberapa channel YouTube dari para Comica Indonesia jadi referensi ku dalam belajar. Tegasnya, tak mudah melawak untuk mendapatkan joke yang sederhana.

Ada banyak pola untuk mendapatkan joke yang sederhana dengan berdasarkan Setup dan Punchline tentunya. Hal ini berdasarkan dari literasi yang telah aku baca. Bahkan melalui pergaulan yang kudapatkan pemahaman sederhana yakni ada istilah Dalang, Wakil Dalang,Pelawak. Semua mendapatkan peran yang berbeda. Ada lagi istilah Pengumuman, striker, talenan, alas dan yang lainnya. 

Ternyata seru, semakin aku belajar banyak yang aku belum tahu. Namun, ilmu Comedy yang aku miliki sudah sangat berguna dalam hal bergaul dengan relasi yang aku lakukan untuk mengakrabkan suasana. Meski sedikit. Tak ada yang tidak bermanfaat bagi orang-orang yang mau belajar serius. Akan indah pada waktunya, maaf aku mengutip ucapan penyair.

Ada beberapa file yang belum sempat aku pindahkan ke aplikasi word processor, karena alasan sepele. Yakni, belum sempat. Selain itu, rencana untuk membuat email khusus literasi humor belum membuatnya. Sifat manusiawi, malas. Padahal, hal ini penting bagiku untuk mendokumentasikan literatur Comedy yang aku punya dengan cara yang lebih aman. Sudahlah, aku merasa cukup saat ini.



No comments: