Thursday, April 13, 2023

Orang Ketiga Yang Dicintai

Sudah bukan zamannya berfikir  yang pertama dan yang terakhir untuk mencintai atau dicintai. Begitu pula beranggapan untuk menempatkan diri menjadi yang pertama tapi diduakan atau sebaliknya menjadi nomor dua yang dinomor satukan. Ini urusan hati, kenapa tidak menempatkan diri menjadi orang ketiga yang dicintai?

Hah, sarkas memang. Namun, kenyataannya memang demikian adanya. Tak perlu syarat dalam memilih hati yang ingin terlabuhkan. Terkadang, orang kesepian merasa ramai dalam sunyinya. Mulutnya diam namun pikirannya  sangat berisik, bisa pula dalam hatinya berkecamuk. Tegasnya perang batin, mungkin?

Pilihan menjadi orang ketiga yang dicintai  adalah sebuah opsi yang relevan, tak harus selingkuh atau harus sembunyi-sembunyi dalam menunjukkan rasa. Biarkan waktu yang menjawab. Benar atau salah, elegan atau tidaknya semua akan terjawab pada masanya. Meski, penilaian sebagian manusia memandang miring akan hal itu. Manusiawi bukan?

Ada yang beranggapan bahwa cinta sejati hanya datang sekali pada setiap individu yang telah mabuk dalam urusan-urusan hatinya. Selebihnya adalah hanyalah meneruskan kehidupan saja. Sejatinya setiap manusia adalah pejuang dan pencinta, yang mana keduanya saling keterkaitan satu sama lain. Jika ia berjuang tanpa rasa cinta, adalah sebuah kesia-siaan. Lalu jika ia memiliki cinta tanpa ada tekad untuk memperjuangkannya, cinta macam apa yang seperti itu? Sepertinya gelar pengecut sangat cocok.

Dalam berjuang tentang cinta ada berbagai macam cara, tetapi secara garis besar hanya dua macam. Pertama adalah cara patriotik dan anti patriotik. Cara patriotik berjuang atas nama cinta mengorbankan sesuatu hal yang paling berharga untuk meraih cinta yang ia tuju menjadi lebih baik. Sedangkan anti patriotik melakukan pembuktian cintanya dengan cara yang berbeda. Ia lebih menunjukkan sisi gelapnya secara pribadi, karena menurutnya sisi terang terlalu mudah untuk dicintai.

Contoh kecil dalam mencintai dari sisi gelap adalah membakar seluruh dunia untuk orang yang  terkasih. Hingga yang tersisa adalah ia dan orang yang terkasih. Terkesan menakutkan, namun itulah sisi gelap dalam mencintai. Mengerikan!

Jika dalam sebuah kisah atau novel mungkin aku akan memilih sisi gelap, karena karakter tokoh dalam mencintai seseorang itu unik. Terlebih lagi, ada sebuah pertanyaan cinta itu perasaan atau bukti. Jawabku keduanya saling berkait, cinta takkan menjadi sebuah perasaan tanpa bukti yang nyata. Bukti cinta akan hilang esensinya jika tanpa ada persaan tulus dalam pembuktiannya.


The light easy to love, show me your darkness!

No comments: