Wednesday, April 28, 2021

Berbukalah dengan yang nikmat.

Jikalau harus memilih, terhitung dari hari pertama puasa hingga saat ini, khususnya menu berbuka puasa. Maka aku memilih, Nasi dengan Ikan asin, Sambal dan Lalap Jengkol. Menu yang sederhana, namun nikmat terasa. Sungguh,di saat yang lain bingung dengan pilihan menu berbuka, aku memilih yang ternikmat dan sederhana.

Kenikmatan tak bisa disandingkan dengan hal apapun. Termasuk makanan yang masuk ke perutku. Dari sekian banyak menu yang tersuguh selama bulan Romadhon ini, semuanya lewat. Hanya dengan seporsi nasi, sambal dan lalap Jengkol. Bahkan, sudah dua hari aku menyantap menu tersebut. Hari kemarin dan hari ini. Mengapa hal demikian terjadi pada diriku? Sebabnya adalah terlalu banyak asin yang terasa dari makanan yang tersuguh. Selain itu pula, mertuaku yang mengolahnya.

Entah kenapa keluarga dari pihak istriku sangat menyukai menu dengan rasa asin yang kuat? Bukankah itu beresiko akan terjangkit darah tinggi? Tentu saja aku protes, karena tak cocok dengan lidahku. Selera makanku adalah menu makanan Sunda. Seperti pada umumnya, adanya lalapan.

Menyantap menu makanan yang tersaji dari pihak keluarga istriku mendapatkan sensasi seperti menyelam dalam air laut. Asin tentu saja, bahkan menurutku terlalu banyak. Aku tidak membenci rasa asin, namun jika berlebihan akan mengurangi yang lain. Meski aku bukan seorang chef yang handal, namun aku mampu menilai makanan yang nikmat untuk menyantapnya atau tidak. Bahkan orang lain yang awam selain diriku pun mampu melakukannya.

Hanya saja, tadi sempat masygul karena pelengkap sesudah makan bagi orang kebanyakan seperti diriku adalah ada enam macam. Empat sehat lima sempurna, keenamnya adalah rokok. Yah, sang penambah kepulan sudah habis. Istriku menyuguhkan rokok Palem dan aku tak menyambut dengan penolakan pasti. Minimal Dji Sam Soe Magnum. Tapi, yang kini aku hisap adalah Djarum Super. 

Seperti semula aku nyatakan, kenikmatan tak bisa disandingkan dengan apapun. Karena nikmat itu tak terhitung, mulai pada saat bangun tidur hingga tidur kembali. Bahkan tidurpun termasuk nikmat. Syukur Alhamdulillah, aku masih menikmati banyak hal hingga saat ini, termasuk makanan untuk berbuka. Berbukalah dengan yang nikmat, karena ada rasa manis di dalamnya.

Jadi percuma kalau berbuka dengan yang manis jika ada diabetes dalam tubuh. Audzubillahi mindzalik. Hematku, berbukalah dengan yang nikmat, karena akan terasa manis dalam kenangan apalagi ditemani yang setia. Syukur Alhamdulillah.

No comments: