Saat jam-jam sahur telingaku terganggu dengan bisingnya tetabuhan bocah-bocah tanggung, yang kalau membangunkan warga sambil berteriak-teriak seperti mengajak untuk tawuran. Sebab aku kalau sahur melewati jadwal jam imsak, yang penting sebelum fajar menyingsing. Tegasnya, antara sebelum dan setelah subuh. Ketika asyik dalam jeda sesudah sahur ke pagi hari, telingaku pun terganggu dengan suara-suara teriakan bocah-bocah tanggung lagi yang ingin naik odong-odong. Sungguh, kali ini aku harus berdamai dengan keadaan yang ingin sekali aku menghindarinya.
Solusi pertama adalah tak memperdulikan hal-hal tersebut. Jadi, santai saja tak terlalu memikirkannya. Namun, setelah aku mendapat kabar bahwa anak Pertamaku Rihaan kelelahan setelah naik odong-odong dan ia terpaksa berbuka, baru perasaan aku terusik karenanya. Memang, sudah hampir satu Minggu tetangga samping rumah mengadakan usaha odong-odong. Masalahnya bukan tentang usahanya, tapi berisiknya bocah-bocah yang mau menyewa odong-odong tersebut.
Terkadang dengan nada kesal mereka memaksa tetanggaku untuk segera mengemudikan odong-odongnya. Tentu saja, ia tak mau melayani sebab bisa ku pastikan ia masih mengantuk setelah sahur sebelumnya. Ini sebuah fenomena, banyak anak-anak dilingkungan tempatku tinggal kini terlalu lantang berucap pada yang lebih tua. Bahkan terkesan tidak sopan dan kurang ajar.
Bahasa dan tutur kata mereka cenderung mengarah kepada ketidaketisan, bagaimana seorang yang muda kepada yang lebih tua. Bahkan, sering sekali aku mendengar, celoteh-celoteh mereka dengan menyapa sesama teman dengan kata "Anjing" . Sungguh miris. Dahulu, mengucapkan kata itu hanya untuk orang yang membuat kita marah. Namun kini, sudah beralih ke sapaan akrab. Dasar Anjiiiingg! Ups...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar